Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekam Jejak Manuver Tarif Trump: Lawan China hingga Pungutan Tembaga

Kebijakan tarif Trump sejak 2025 memicu ketidakpastian global, dengan tarif tinggi pada impor dari China, Meksiko, dan Kanada, serta kesepakatan dagang baru dengan Korea Selatan dan Inggris.
Ilustrasi bendera AS dengan label tarif./Reuters-Dado Ruvic
Ilustrasi bendera AS dengan label tarif./Reuters-Dado Ruvic
Ringkasan Berita
  • Presiden AS Donald Trump menerapkan kebijakan tarif agresif, termasuk tarif 15% untuk impor dari Korea Selatan dan berbagai tarif tinggi lainnya terhadap negara-negara seperti China, Meksiko, dan Kanada.
  • Trump menandatangani beberapa kesepakatan dagang, seperti dengan Inggris dan Jepang, yang mencakup penyesuaian tarif impor, sementara juga mengancam tarif tinggi terhadap negara-negara yang tidak bernegosiasi dengan AS.
  • Tarif yang dikenakan oleh Trump memicu ketidakpastian ekonomi global dan mempengaruhi hubungan dagang AS dengan banyak negara, termasuk ancaman tarif tambahan terhadap negara-negara pendukung kebijakan "anti-Amerika".

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait kebijakan tarif sejak menjabat pada 20 Januari 2025 telah mengejutkan pasar keuangan global dan memicu gelombang ketidakpastian terhadap perekonomian dunia.

Terbaru, Trump mengumumkan kesepakatan dagang dengan Korea Selatan yang mencakup tarif impor sebesar 15% untuk ekspor Seoul ke AS serta komitmen investasi sebesar US$350 miliar dari Negeri Ginseng.

“Kami telah sepakat untuk menerapkan tarif sebesar 15% bagi Korea Selatan. Amerika tidak akan dikenai tarif,” tulis Trump melalui platform media sosial miliknya dikutip dari Bloomberg.

Kesepakatan tersebut terjadi jelang tenggat pemberlakuan tarif timbal balik secara luas pada Agustus 2025 mendatang.

Berikut adalah timeline perkembangan utama dari kebijakan tarif Trump sejak dia kembali menjabat yang dikutip dari Reuters:

  • 1 Februari – Trump mengenakan tarif 25% terhadap impor dari Meksiko dan sebagian besar produk Kanada, serta tarif 10% atas barang-barang dari China, dengan dalih menekan arus fentanyl dan imigran ilegal ke AS.
  • 3 Februari – AS sepakat menunda ancaman tarif terhadap Meksiko dan Kanada selama 30 hari setelah kedua negara memberikan konsesi terkait pengawasan perbatasan dan kejahatan. Namun, kesepakatan serupa tidak tercapai dengan China.
  • 10 Februari – Tarif atas baja dan aluminium dinaikkan menjadi 25% tanpa pengecualian.
  • 3 Maret – Trump menyatakan tarif 25% atas produk Meksiko dan Kanada akan berlaku mulai 4 Maret. Tarif atas seluruh impor China yang terkait fentanyl dilipatgandakan menjadi 20%.
  • 6 Maret – Produk dari Kanada dan Meksiko dikecualikan dari tarif selama satu bulan berdasarkan pakta dagang Amerika Utara.
  • 26 Maret – AS menetapkan tarif 25% untuk mobil dan truk ringan impor.
  • 2 April – Trump mengumumkan tarif global dengan tarif dasar 10% atas seluruh impor, dan tarif lebih tinggi untuk sejumlah negara mitra dagang utama AS.
  • 9 April – Setelah gejolak pasar keuangan global, Trump menangguhkan sebagian besar tarif spesifik negara selama 90 hari. Namun, tarif 10% atas hampir seluruh impor AS tetap diberlakukan. 

Sementara itu, tarif atas impor China dinaikkan menjadi 125% dari 104% sehari sebelumnya, sehingga total beban tarif menjadi 145%.

  • 9 Mei – Trump dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyepakati perjanjian dagang terbatas. Tarif 10% atas ekspor Inggris tetap berlaku, sementara tarif atas mobil Inggris diturunkan.
  • 12 Mei – AS dan China sepakat untuk memangkas tarif tambahan selama 90 hari. AS menurunkan tarif atas impor China dari 145% menjadi 30%, sedangkan China memangkas tarif atas produk AS dari 125% menjadi 10%.
  • 13 Mei – Tarif “de minimis” atas pengiriman dari China dikurangi dari 120% menjadi 54% untuk barang senilai hingga US$800.
  • 23 Mei – Trump memperingatkan Apple bahwa produk yang diproduksi di luar AS akan dikenai tarif 25%.
  • 29 Mei – Pengadilan banding federal sementara mengaktifkan kembali tarif Trump yang paling luas, setelah putusan pengadilan sebelumnya ditangguhkan selama proses banding.
  • 3 Juni – Trump menandatangani proklamasi untuk menaikkan tarif baja dan aluminium dari 25% menjadi 50%.
  • 3 Juli – AS akan mengenakan tarif 20% terhadap banyak ekspor Vietnam. Barang-barang yang dikirim melalui Vietnam dari negara ketiga akan dikenakan tarif 40%.
  • 6 Juli – Lewat Truth Social, Trump menyatakan negara yang mendukung kebijakan "anti-Amerika" seperti BRICS akan dikenai tambahan tarif 10%.
  • 7 Juli – Trump menyatakan bahwa tarif tambahan yang diumumkan beberapa bulan sebelumnya akan mulai berlaku 1 Agustus. Dalam surat kepada 14 negara termasuk Jepang, Korea Selatan, dan Serbia, disebutkan tarif yang dikenakan berkisar antara 25% hingga 40%.
  • 10 Juli – Trump menyatakan AS akan mengenakan tarif 35% atas impor dari Kanada mulai Agustus dan merencanakan tarif menyeluruh sebesar 15%–20% bagi sebagian besar mitra dagang lainnya.
  • 12 Juli – Trump mengancam akan mengenakan tarif 30% terhadap barang-barang dari Meksiko dan Uni Eropa mulai 1 Agustus.
  • 15 Juli – AS akan mengenakan tarif 19% atas produk dari Indonesia berdasarkan kesepakatan baru.
  • 22 Juli – Trump menandatangani kesepakatan dagang dengan Jepang, termasuk penurunan tarif impor mobil menjadi 15%.
  • 27 Juli – AS mencapai kesepakatan dagang dengan Uni Eropa, menetapkan tarif impor sebesar 15% atas sebagian besar produk asal blok tersebut.
  • 28 Juli – Trump menyatakan bahwa mitra dagang yang tidak menegosiasikan perjanjian bilateral dengan AS akan menghadapi tarif sebesar 15%–20%.
  • 30 Juli – Trump mengumumkan tarif 25% atas impor dari India mulai 1 Agustus. Pada hari yang sama, AS juga akan menerapkan tarif 50% atas pipa dan kabel tembaga, serta mengenakan tarif 15% terhadap produk asal Korea Selatan, lebih rendah dari ancaman tarif sebelumnya sebesar 25%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro