Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) menyampaikan akan melatih petani untuk memanen dan mengeringkan jagung secara mandiri. Hal ini seiring dengan langkah pemerintah yang mulai mengurangi kuota impor jagung industri.
Menko Zulhas menuturkan bahwa pemerintah memangkas kuota impor jagung industri dari semula 1,8 juta ton menjadi 900.000 ton.
“Untuk industri dari 1,8 juta ton [jagung], kami memberanikan diri impor separuh. Kita impor 900.000 ton untuk industri, [sisanya] yang 900.000 ton kita akan coba melatih petani kita dengan memanen dan mengeringkan [jagung] dengan baik,” kata Zulhas dalam acara Indonesia Marine & Fisheries Business Forum: Blue Food Competent Authority Dialogue, Jakarta, Selasa (10/12/2024).
Pasalnya, Zulhas menyampaikan bahwa jagung industri dan konsumsi merupakan dua komoditas yang sama. Begitu pula dengan bibitnya.
“Cuma beda cara metiknya saja. Metiknya bagus, pengeringannya bagus yang tidak ada kandungan aflatoksin. Jadi kalau metiknya bagus, pengeringannya bagus, bisa,” ujarnya.
Berkaca dari sana, Zulhas mengajak Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono agar PT Perkebunan Nusantara (PTPN) menanam jagung di lahan seluas 300 hektare. Ini mengingat PTPN memiliki lahan yang tersebar mulai di berbagai wilayah, mulai di Jawa Barat hingga Jawa Tengah.
Baca Juga
“Kita tanam [jagung], bibitnya dari pertanian. Kita beli silo untuk mengeringkan dengan bagus, kasih percontohan. Masa nggak bisa? Kalau yang lain bisa, masa kita nggak bisa?” ujarnya.
Lebih lanjut, Zulhas menyampaikan bahwa pemerintah juga telah memutuskan untuk tidak impor jagung konsumsi pada 2025. Langkah ini sebagai upaya menuju swasembada pangan paling lambat 2027. Keputusan tersebut berdasarkan hasil rapat neraca komoditas untuk 2025.
“Tahun 2025, saya ulangi, tidak impor beras untuk konsumsi, tidak impor gula untuk konsumsi, tidak impor jagung untuk pakan [ternak], tidak impor garam untuk konsumsi,” tegasnya.