Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) merespons target inflasi yang ditetapkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sebesar 2,5% year-on-year (YoY) untuk periode 2025 hingga 2027.
Analis Kebijakan Ekonomi Apindo, Ajib Hamdani, menyampaikan, pada prinsipnya, inflasi yang tinggi tidak menjadi masalah ketika pertumbuhannya tereskalasi maksimal.
“Karena dengan rasio signifikan pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh konsumsi, inflasi akan naik secara berbanding lurus,” kata Ajib kepada Bisnis, Kamis (6/6/2024).
Misalnya, kata dia, ketika Presiden terpilih Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh 8% pada tahun ketiga pemerintahan, itu artinya pada 2027-2028, inflasi sebesar 2,5% dengan deviasi 1% tidak menjadi masalah.
“Target pemerintah inilah yang dituangkan dalam kerangka ekonomi makro,” ujarnya.
Khusus di 2025, Ajib memperkirakan bahwa inflasi akan cenderung naik, lantaran pemerintah juga masih merancang penetapan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12%. Kebijakan ini, kata dia, akan mengerek angka inflasi yang cukup signifikan.
Baca Juga
Menurutnya, jika pemerintah membatalkan rencana kenaikan tarif PPN dan Bank Indonesia (BI) menurunkan tingkat suku bunga acuan pada kuartal IV/2024, maka inflasi cenderung dapat dikendalikan di level 2,5%.
Menurut catatan Bisnis, Kamis (6/6/2024), Kemenkeu mematok target inflasi sebesar 2,5% yoy pada 2025-2027 dengan deviasi 1,0%.
Target tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) No.31/2024 tentang Sasaran Inflasi Tahun 2025, Tahun 2026, dan Tahun 2027. Dengan demikian, sasaran inflasi berada pada rentang 1,5% hingga 3,5%.
Target tersebut tercatat lebih rendah dan stabil dibanding sasaran inflasi pada 2022, 2023, dan 2023 di mana masing-masing berada pada level 3%, 3%, dan 2,5% secara tahunan.
Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 telah mematok target inflasi lebih tinggi di level 2,8%.