Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan deflasi sebesar 0,03% month-to-month (mtm) yang terjadi pada Mei 2024 merupakan deflasi pertama sejak Agustus 2023 bagi perekonomian Indonesia. Kala itu deflasi mencapai 0,09%.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan secara historis sejak 2020, khusus periode usai Lebaran, umum terjadi deflasi secara bulanan.
Meski demikian, bila membandingkan dengan periode Lebaran sejak 2020, yang terjadi pada Mei ini tidak seberapa dalam jika dibandingkan dengan Juni 2021.
“Dalam lima tahun terakhir, deflasi pasca Lebaran dengan angka terdalam terjadi pada Juni 2021 [lebaran Mei 2021],” ungkapnya dalam konferensi pers, Senin (3/6/2024).
Kala itu masih dalam Pandemi Covid-19, di mana Lebaran jatuh pada 13 Mei 2021, dan pada Juni tercatat deflasi sebesar 0,16% (mtm).
Sementara pada pasca Lebaran 2020, terjadi deflasi sebesar 0,1% pada Juli 2020. Pada 2022 dan 2023, setelah Lebaran masih tercatat terjadi inflasi walaupun lebih rendah dari bulan adanya Lebaran.
Baca Juga
Lebih lanjut, Amalia mengungkapkan deflasi pada Mei 2024 utamanya disumbang oleh penurunan harga yang secara umum yang terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau (-0,29%), serta kelompok transportasi.
Secara terperinci, deflasi pada Mei ini utamanya didorong oleh beras yang kembali mengalami penurunan harga sebesar 3,59% dan memberikan andil deflasi sebesar 0,15%.
Meskipun produksi beras mulai menurun, deflasi beras masih terjadi karena stok beras yang tersedia masih memadai. Terpantau dari 38 provinsi, 29 provinsi mengalami deflasi beras, satu provinsi stabil, dan delapan provinsi lainnya mengalami inflasi.
Lebih lanjut, komoditas penyumbang utama deflasi adalah beras dengan andil deflasi 0,15%, daging ayam ras dan ikan segar andil deflasi masing-masing sebesar 0,03%, serta tomat dan cabai rawit deflasi 0,02%.
Komoditas lainnnya yang juga memberikan andil deflasi adalah tarif angkutan antar kota dengan andil deflasi sebesar 0,03%, tarif angktuan udara dengan andil deflasi 0,02%, serta tarif kereta api dengan andil deflasi sebesar 0,01%.