Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai wajar asumsi lifting migas yang kembali turun dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) untuk tahun anggaran 2025.
Komaidi beralasan hingga saat ini produksi migas di dalam negeri sebagian besar masih bertumpu pada lapangan-lapangan tua, dengan tingkat penurunan produksi yang relatif lebar.
“Belum ada lapangan-lapangan baru, kalau mengandalkan lapangan-lapangan existing pasti turun,” kata Komaidi saat dihubungi, dikutip Selasa (28/5/2024).
Apalagi, kata Komaidi, pemerintah terlalu bersandar pada Blok Rokan dan Cepu yang belakangan mengalami tren penurunan produksi yang cukup signifikan.
“Kalau terlalu ekspektasi banyak terus pengeluaran banyak dari sisi APBN ini kan tentu tidak baik dari kerangka anggaran akhirnya simulasinya yang realistis,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan lifting minyak tahun depan hanya berada di kisaran 580.000 barel per hari (bph) sampai dengan 601.000 bph.
Baca Juga
Sementara itu, lifting gas berada di rentang 1.003 juta barel setara minyak per hari (bsmph) sampai dengan 1.047 juta bsmph.
“Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,1% hingga 5,5% ditopang oleh terkendalinya inflasi dan perluasan hilirisasi ESDM,” kata Sri Mulyani saat menyampaikan KEM-PPKF untuk tahun anggaran 2025 di rapat paripurna DPR RI, Senin (20/5/2024).
Sementara itu, Sri Mulyani mematok harga minyak mentah Indonesia atau ICP berada di kisaran US$75 per barel hingga US$85 per barel. Asumsi itu relatif tertahan tinggi akibat tensi geopolitik dunia yang diperkirakan masih berlanjut tahun depan.
“Dengan mencermati tensi geopolitik dan berlanjutnya ketegangan global harga ICP [minyak mentah Indonesia] diperkirakan berada di kisaran US$75 per barel hingga US$85 per barel,” kata Sri Mulyani.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp15.300 sampai dengan Rp16.000. Adapun, inflasi ditahan di level 1,5% sampai dengan 3,5%.
Sebagaimana diketahui, dokumen KEM-PPKF merupakan dokumen yang menjadi acuan dalam menyusun rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk tahun anggaran 2025.
Kendati demikian, asumsi lifting migas itu susut signifikan dari postur APBN tahun ini. Pada APBN 2024, lifting minyak ditetapkan sebesar 635.000 bph, serta lifting gas sebesar 1.033 juta bsmph.
Saat ini, APBN menggunakan asumsi ICP sebesar US$82 per barel, dengan nilai tukar rupiah sebesar Rp15.000 per dolar AS. Sementara inflasi diharapkan terkendali di level 2,8%.