Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LPEM UI Wanti-wanti Tekanan Inflasi Berpotensi Meningkat

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengingatkan laju inflasi berpotensi meningkat. Ini penyebabnya.
Pedagang memilah cabai merah dan cabai rawit di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (5/2/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pedagang memilah cabai merah dan cabai rawit di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (5/2/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Intervensi aktif pemerintah dinilai berhasil menurunkan tingkat inflasi pada April 2024, seiring dengan meredanya El Nino.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyampaikan bahwa berkat keberhasilan pengelolaan pasokan pangan oleh pemerintah dan dampak moderat dari El-Nino, meredanya tekanan inflasi harga pangan telah berdampak pada rendahnya inflasi pada periode Idulfitri 2024.

Tingkat inflasi pada periode Idulfitri atau pada April 2024 tersebut yang sebesar 3,0% secara tahunan kata Riefky cenderung lebih rendah dibandingkan dengan periode 3 tahun terakhir. 

“Hal ini akan menjadi katalis positif untuk menjaga inflasi secara keseluruhan sesuai target Bank Indonesia sebesar 1,5%-3,5%,” katanya, dikutip Jumat (24/5/2024).

Inflasi pada April 2024 secara bulanan yang sebesar 0,25% pun melandai setelah mencapai puncaknya sebesar 0,52% secara bulanan pada Maret 2024.

Perlambatan inflasi umum tersebut sejalan dengan meredanya tekanan pada harga pangan, yang memiliki bobot terbesar dalam perhitungan inflasi.

“Penurunan tekanan harga pangan pada April terjadi setelah sepuluh bulan terjadi tekanan yang meningkat pada biaya pangan,” jelas Riefky.

Jika dirincikan,  inflasi komponen pangan melambat signifikan dari 8,09% secara tahunan pada Maret 2024 menjadi 7,56% secara tahunan pada April 2024.

Sementara secara bulanan, harga pangan secara bulanan mencatatkan deflasi sebesar 0,12%, turun signifikan dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,66%. Deflasi terutama disebabkan oleh penurunan harga beras, cabai merah, telur ayam ras, dan cabai rawit.

Meski demikian, Riefky mengatakan bahwa potensi risiko inflasi kedepannya masih terlihat dan harus dimitigasi dengan baik. 

Di satu sisi, imbuhnya, tekanan eksternal yang berkepanjangan telah melemahkan rupiah dalam beberapa minggu terakhir. Jika tren ini terus berlanjut, maka dapat berdampak negatif pada tingkat harga domestik melalui inflasi impor. 

Di sisi lain, yang perlu diwaspadai juga adalah beberapa lembaga iklim memperkirakan potensi terjadinya fenomena La Nina pada kuartal III/2024 yang dapat berdampak negatif terhadap produksi pangan hortikultura. 

“Oleh karena itu, mitigasi risiko dan pengelolaan pasokan pangan masih diperlukan hingga sisa tahun 2024,” jelas Riefky.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper