Bisnis.com, JAKARTA - Rencana pemerintah untuk menaikkan harga eceran tertinggi (HET) beras disebut dapat mendorong kenaikan laju inflasi.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menyampaikan, kenaikan harga beras akan mendorong kenaikan harga barang lainnya. Pasalnya, beras merupakan salah satu kelompok barang administered price di mana kenaikan harga beras akan memicu kenaikan harga barang lainnya.
“Jika terjadi kenaikan harga barang secara umum akan mendorong kenaikan inflasi,” kata Esther, Rabu (22/5/2024).
Melihat dampak dari kenaikan HET beras, Esther mengharapkan pemerintah untuk menjaga suplai beras agar inflasi tidak terlalu tinggi.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi pada April 2024 tercatat sebesar 0,25% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan secara tahunan sebesar 3,0% (year-on-year/yoy).
Komoditas beras tercatat mengalami deflasi sebesar 2,72%, memberikan andil deflasi sebesar 0,12% pada April 2024.
Baca Juga
Komoditas ini mengalami deflasi, usai inflasi selama 8 bulan berturut-turut sejak Agustus 2023. Tingkat inflasi beras yang terus bergerak turun ini disebabkan oleh meningkatnya produksi beras nasional.
Di sisi lain, Badan Pangan Nasional (Bapanas) tengah mengevaluasi HET beras untuk dapat memutuskan apakah relaksasi HET beras akan ditetapkan permanen atau justru mengalami perubahan.
“[Kita] menunggu hasil pembahasan evaluasi,” kata Deputi I Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa, Rabu (22/5/2024).
Adapun pemerintah telah melakukan relaksasi HET untuk beras premium dan medium. Untuk beras premium, pemerintah kembali memperpanjang relaksasi HET beras premium hingga 31 Mei 2024.
Melalui relaksasi tersebut, HET beras premium naik menjadi Rp14.900 per kilogram - Rp15.800 per kilogram dari sebelumnya Rp13.900 per kilogram - Rp14.800 per kilogram.
Sementara, beras SPHP naik menjadi Rp12.500 per kilogram - Rp13.500 per kilogram dari sebelumnya Rp10.900 per kilogram - Rp11.800 per kilogram.