Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyebut bahwa pemerintah tak hanya akan mengandalkan produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan stok beras jelang Idulfitri 1445 Hijriah.
Menurutnya, selain produksi dalam negeri, pemerintah juga akan melakukan impor beras, salah satunya dari Kamboja, sebagai bentuk antisipasi untuk meredam harga beras.
“Kami mengutamakan produksi dalam negeri, hanya untuk Bulog ketersediaan hari ini [juga berasal] memang pengadaan dari luar negeri. Dari Kamboja 22.500 [ton],” ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (18/3/2024).
Lebih lanjut, Arief mengatakan bahwa Bapanas tengah mempersiapkan panen raya pada Maret—April untuk mencukupi ketersediaan stok beras.
Selain itu, dia optimistis bahwa dengan kondisi harga gabah yang sedang terkoreksi secara nasional menjadi Rp6.700, maka otomatis harga beras itu akan berdampak sama juga. Dengan catatan produksi tetap sesuai dengan perencanaan
Di sisi lain, untuk potensi masyarakat yang kesulitan untuk membeli beras, pemerintah juga menggelontorkan bantuan pangan kepada keluarga penerima manfaat (KPM).
Baca Juga
“Masyarakat kita yang 22 juta KPM yang terbawah itu sudah diberikan beras bantuan pangan 10 kg gratis, tahun lalu 7 bulan, sekarang 6 bulan. Jadi masyarakat desil 1-2 itu sebanyak 98% sudah ter-cover,” katanya.
Arief mengatakan, melalui intervensi dengan memberikan bantuan beras sebanyak 10 kilogram (kg) terhadap 22 juta KPM secara tak langsung telah memenuhi 8% dari total kebutuhan penduduk Indonesia.
“Satu rumah tangga bisa 3-4 orang. Jadi maksud saya itu sudah [diantisipasi]. Kemudian, GPM atau Gerakan Pangan Murah, Pak Tito [Mendagri] dan semua pemerintah daerah melakukan, ya. Jadi itu aja update-nya,” tuturnya.
Arief pun menekankan bahwa stok beras di Bulog akan terus dipantau agar tetap berada di angka 1,2 juta ton hingga Juni 2024.
“Hari ini sampai dengan Juni, kan masih 3 bulan lagi. Kami harus mengatur. Yang jelas stok Bulog harus dijaga 1,2 juta [ton],” pungkas Arief.