Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbas Insiden Alaska Airlines, Saham Boeing Ambles

Saham Boeing anjlok pada perdagangan Senin (8/1/2023) menyusul larangan terbang sementara sejumlah pesawat 737 Max 9 akibat insiden Alaska Airlines.
Pesawat Boeing yang dioperasikan Aerolineas Argentina terparkir di Bandara Buenoes Aires. /Sarah Pabst-Bloomberg
Pesawat Boeing yang dioperasikan Aerolineas Argentina terparkir di Bandara Buenoes Aires. /Sarah Pabst-Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Saham Boeing anjlok pada perdagangan Senin (8/1/2023) menyusul larangan terbang sementara sejumlah pesawat 737 Max 9 akibat insiden Alaska Airlines.

Melansir Reuters, saham Boeing anjlok hingga 8,5% dalam perdagangan pra-pembukaan di bursa saham Amerika Serikat. Sementara itu, saham Boeing yang tercatat di Frankfurt turun 7,1% pada awal perdagangan.

Sebelumnya, bagian badan pesawat 737 Max 9 milik Alaska Airlines terlepas dalam sebuah penerbangan pada Jumat (5/1) setelah lepas landas dari Portland, Oregon. Insiden ini memaksa pilot untuk berbalik arah.

Badan Penerbangan Federal AS (FAA) kemudian memerintahkan untuk mengandangkan sementara sejumlah pesawat 737 Max 9.

Saham Alaska Air turun 4,3%, sementara United Airlines (UAL.O), maskapai penerbangan AS lainnya yang mengoperasikan jet ini, turun 2,4%. Spirit AeroSystems yang memproduksi dan merakit bagian badan pesawat Max 9 yang baru turun 20,8%.

Analis Wall Street memandang kecelakaan tersebut sebagai kemunduran sementara bagi Boeing, tetapi beberapa orang mengambil pandangan yang lebih suram tentang serangkaian masalah kualitas yang terkait dengan keluarga pesawat 737 Max.

"Ini menyoroti sejarah masalah lolosnya kualitas, terutama di Spirit AeroSystems. Kelalaian kualitas tidak dapat diterima dalam industri di mana kegagalan tunggal dapat menimbulkan konsekuensi serius," kata analis Wall Street Bernstein seperti dikutip Reuters, Senin (8/1/2023).

Saham pesaing Boeing, Airbus menguat 2% pada hari Senin. Produsen pesawat asal Eropa ini telah memperluas pangsa pasarnya sejak dua kecelakaan Boeing 737 Max pada tahun 2018 dan 2019 yang menewaskan hampir 350 orang dan menyebabkan pesawat dikandangkan di seluruh dunia selama 20 bulan.

Airbus diperkirakan mencatat penjualan 735 pesawat tahun lalu, mengalahkan Boeing untuk tetap menjadi produsen pesawat terbesar di dunia selama lima tahun berturut-turut.

Reuters pekan lalu melaporkan bahwa jumlah pengiriman pesawat Airbus diperkirakan mencapai 730-an, melampaui target perusahaan sebesar 720 pesawat.

Masalah Manufaktur atau Desain?

Analis mengatakan bahwa masalah pesawat 737 Max merupakan masalah manufaktur yang hanya terjadi satu kali, dan bukan masalah desain yang lebih mahal untuk diperbaiki. Mereka juga mencatat bahwa jumlah pesawat yang terkena dampaknya sedikit.

"Generasi 737-900ER sebelumnya memiliki pendekatan yang sama pada pintu dan tidak ada insiden pada jutaan penerbangan," tambah Bernstein.

Boeing telah mengirimkan 214 unit 737 Max 9, atau 16% dari lebih dari 1.300 pesawat Max yang beroperasi, yang sebagian besar masih bisa terbang, termasuk pesawat 737 Max 9 dengan pintu biasa, bukan panel pengganti.

Analis Melius Research Robert Spingarn mengatakan masalah produksi yang terjadi terus menerus dapat memerlukan perubahan desain atau manufaktur untuk Boeing atau pemasok yang bertanggung jawab.

”Namun kami memperkirakan tidak akan ada biaya yang sangat besar," kata Spingarn.

Namun, investor akan sangat memperhatikan langkah-langkah lebih lanjut dari FAA dan regulator lainnya, terutama China, di mana maskapai-maskapai China baru-baru ini kembali mengoperasikan semua pesawat 737 Max menyusul larangan terbang oleh regulator negara tersebut.

Mengenai kemungkinan biaya kompensasi maskapai penerbangan yang timbul dari kecelakaan pada hari Jumat, analis Citi Jason Gursky memperkirakan Boeing akan mengeluarkan biaya harian sebesar US$2,3 juta, dengan mengacu pada masalah mesin RTX sebagai dasar perhitungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper