Bisnis.com, JAKARTA — Boeing, produsen armada pesawat dari Amerika Serikat (AS), memprediksikan Indonesia masih membutuhkan 600 unit pesawat agar angka departing seats per capita dapat setara dengan rata-rata negara di Asia Tenggara serta mendukung pertumbuhan ekonomi.
Adapun, departing seats per capita merujuk pada jumlah kursi pesawat yang tersedia saat meninggalkan suatu wilayah untuk setiap orang dalam populasi. Jumlahnya dihitung dengan membagi jumlah total kursi keberangkatan dengan jumlah penduduk sebuah wilayah.
Comercial Marketing Managing Director Boeing for Asia Pacific (APAC) Dave Schulte menyampaikan bahwa saat ini rata-rata ada sekitar 0,4 kursi per kapita yang berangkat dari Indonesia.
Membandingkan dengan Malaysia dengan angka 1,83, sementara rata-rata di Asia Tenggara adalah sekitar 0,65 kursi per kapita. Sementara itu, Thailand, Vietnam, dan Singapura memiliki angka yang sangat tinggi, masing-masing sebesar 1,18, 0,65, dan 6,97.
Angka di Indonesia tersebut tidak sejalan dengan jumlah penduduk Indonesia yang hampir 300 juta penduduk—jauh lebih besar dari Singapura maupun Malaysia.
“Jika kita ingin meningkatkan jumlah kursi per kapita di Indonesia hingga rata-rata Asia Tenggara, itu berarti bahwa melakukannya secara instan akan membutuhkan sekitar 600 pesawat baru untuk masuk ke Indonesia dalam waktu dekat,” ungkapnya dalam Commercial Market Outlook (CMO) 2025 di kantor Boeing Indonesia, Rabu (27/8/2025).
Baca Juga
Bukan hanya agar setara dalam sisi departing seats per capita, Dave memandang bahwa kebutuhan pesawat tersebut juga dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menurutnya, wilayah dengan angka kursi keberangkatan per kapita yang tinggi menandakan memiliki ekonomi yang kuat dan terhubung secara global.
Terlebih, Dave menyebutkan bahwa Indonesia memiliki jumlah armada terbesar, tetapi sekaligus tertua dengan rata-rata umur pesawat 14,4 tahun dan hanya 5% dari total pesawat yang merupakan generasi baru.
Secara umum, Indonesia tercatat menggunakan pesawat asal AS tersebut dengan tipe 737 Max yang mencakup 90% dari total pesawat yang ada.
Adapun, Boeing memproyeksikan lonjakan besar dalam pertumbuhan lalu lintas udara dan jumlah armada pesawat di Asia Tenggara hingga 2044, Indonesia akan menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan di kawasan ini.
Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia berada di pusat peluang pertumbuhan ini. Dengan proyeksi pertumbuhan PDB yang melampaui rata-rata kawasan, permintaan perjalanan udara—baik rute domestik maupun internasional—diperkirakan akan meningkat pesat di Indonesia.
Dengan lebih dari 17.000 pulau, bentang kepulauan Indonesia menjadikan transportasi udara sebagai kebutuhan utama untuk menghubungkan masyarakat maupun distribusi kargo. Kondisi ini mendorong tingginya permintaan pesawat berbadan sempit (single-aisle) di dalam negeri.
Sementara, dengan keberadaan pesawat-pesawat generasi baru, seperti 737 Max maupun 777X dengan keandalan tinggi serta efisiensi operasional yang mendukung dapat menurunkan tarif pesawat yang cukup tinggi di Indonesia. Alhasil, lalu lintas penumpang di Indonesia pun juga dapat tumbuh.
“Semoga pesawat generasi baru dapat membantu meningkatkan efisiensi maskapai penerbangan, yang pada gilirannya akan membantu posisi penumpang dalam hal tarif penerbangan,” lanjutnya.