Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BBM Hijau Pertamina: Sokongan Energi Ramah di Darat dan Udara

Buruknya kualitas udara dan tuntutan dekarbonisasi telah mendorong Pertamina untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak yang lebih ramah lingkungan.
Pertamax Green 95, bbm campuran bioetanol 5 persen, mulai dijual di sejumlah SPBU di Jakarta dan Surabaya/Pertamina
Pertamax Green 95, bbm campuran bioetanol 5 persen, mulai dijual di sejumlah SPBU di Jakarta dan Surabaya/Pertamina

Bisnis.com, JAKARTA - Pemandangan langit di Ibu Kota tak lagi biru. Asap, menjadi biang keladi dari kabut yang menutupi indahnya paras Jakarta.

Parahnya, kualitas udara di DKI Jakarta telah mencapai level yang tidak lagi sehat dan bahkan berbahaya. Sejumlah bahaya kesehatan tengah mengintai jutaan warga Jakarta akibat pekatnya kabut asap yang ditimbulkan oleh polusi udara.

Kementerian Kesehatan mencatat, 10 penyakit dengan kasus terbanyak per 100.000 penduduk, 4 di antaranya merupakan penyakit respirasi, antara lain PPOK 145 kejadian dengan 78.300 kematian, kanker paru 18 kejadian dengan 28.600 kematian, pneumonia 5.900 kejadian dengan 52.500 kematian, dan asma 504 kejadian dengan 27.600 kematian.

Faktor risiko polusi udara terhadap penyakit respirasi ini pun cukup tinggi. PPOK memiliki risiko 36,6%, pneumonia 32%, asma 27,95%, kanker paru 12,5%, dan tuberkulosis 12,2%.

Banyak faktor yang telah menyebabkan polusi udara di Jakarta begitu parah, mulai dari aktivitas industri yang begitu padat, pencemaran oleh pembangkit listrik, hingga asap dari kendaraan bermotor.

Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, sektor transportasi menjadi penyumbang polusi udara terbesar di Jakarta. Ini lantaran sektor tersebut telah berkontribusi sebesar 44% dari penggunaan bahan bakar di ibu kota.

Untuk itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengupayakan agar masyarakat beralih untuk mengkonsumsi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan kajian peralihan BBM yang lebih ramah lingkungan dilakukan guna mengurangi emisi yang dihasilkan dari sektor transportasi yang menjadi sumber polusi di kota-kota besar.

Selain itu, Arifin menambahkan, pihaknya turut menyampaikan komitmen untuk meningkatkan kualitas produksi BBM domestik yang berasal dari kilang-kilang PT Pertamina (Persero) saat ini. Harapannya, sejumlah penyulingan minyak mentah milik perusahaan pelat merah itu nantinya dapat menghasilkan BBM yang lebih ramah lingkungan.

“Kami sedang melakukan pendalaman untuk segera supaya memang diambil langkah menyediakan BBM yang ramah lingkungan itu juga mengacu pada pengalaman di tempat lain,” kata Arifin.

BBM Hijau Pertamina

Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) telah meningkatkan kapasitasnya dalam memproduksi bahan bakar minyak (BBM) yang lebih ramah lingkungan.

Pertamina telah menetapkan sejumlah proyek untuk menghasilkan BBM ramah lingkungan melalui Kilang Cilacap dengan Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) dan Kilang Balongan dengan proyek Kilang Langit Biru Balongan (KLBB) memasok BBM berkualitas untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya seperti Green Diesel.

Di samping itu, Pertamina melalui Subholding Commercial & Trading yaitu PT Pertamina Patra Niaga telah meluncurkan Pertamax Green 95 yang menjadi bahan bakar kendaraan (BBK) ramah lingkungan.

Pertamax Green 95 merupakan bahan bakar yang dicampur dengan bioetanol 5%. Dengan nilai oktan yang lebih tinggi dan campuran minyak nabati menjadikan produk itu sebagai salah satu BBM ramah lingkungan.

Pertamax Green 95, bbm campuran bioetanol 5 persen, mulai dijual di sejumlah SPBU di Jakarta dan Surabaya/Pertamina
Pertamax Green 95, bbm campuran bioetanol 5 persen, mulai dijual di sejumlah SPBU di Jakarta dan Surabaya/Pertamina

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyampaikan bahwa produk tersebut ini merupakan langkah Pertamina dalam mendukung capaian target Net Zero Emission (NZE) 2060.

"Produk ini adalah produk BBK hijau yang ramah lingkungan karena menggunakan bioetanol dari molases tebu. Ini merupakan implementasi dari salah satu pilar transisi energi Pertamina dalam mendukung transisi energi nasional dengan penggunaan campuran bahan bakar nabati," ujar Nicke.

Pertamina sebelumnya juga telah mengembangkan BBM hijau Green Diesel (D 100) yang diproduksi dari Kilang Cilacap.

BBM tersebut dibuat menggunakan RBDPO (Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil), yaitu minyak sawit yang sudah melalui proses penyulingan untuk menghilangkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan bau.

Langkah perusahaan migas pelat merah untuk menghijaukan kualitas udara tidak hanya dilakukan di darat. Namun, Pertamina turut mengupayakan penggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan di sektor aviasi.

Baru-baru ini, Pertamina bersama dengan Garuda Indonesia telah melakukan penerbangan komersil perdana menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau Bioavtur.

Bioavtur itu terlahir setelah melalui perjalanan panjang yang diinisiasi sejak 2010 melalui Research & Technology Innovation Pertamina, dengan melakukan riset pengembangan produk dan katalis.

Pada 2021, PT Kilang Pertamina Internasional berhasil memproduksi SAF J2.4 di Refinery Unit IV Cilacap dengan teknologi Co-Processing dari bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO), atau minyak inti sawit yang telah mengalami proses pengolahan pemucatan, penghilangan asam lemak bebas dan bau, dengan kapasitas 1.350 kilo liter (KL) per hari.

Pertamina bersama dengan Garuda Indonesia telah melakukan penerbangan komersil perdana menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau Bioavtur pada 27 Oktober 2023/Pertamina
Pertamina bersama dengan Garuda Indonesia telah melakukan penerbangan komersil perdana menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau Bioavtur pada 27 Oktober 2023/Pertamina

Produk SAF tersebut kemudian melalui serangkaian uji coba pada mesin dan unit pesawat. Rangkaian pengujian dimulai dari cell test di fasilitas milik Garuda Maintenance Facility (GMF), ground run, flight test pada pesawat militer CN-235 milik PT Dirgantara Indonesia, hingga uji terbang pesawat komersil milik Garuda Indonesia pada 4 Oktober 2023 pada pesawat Boeing 737-800 NG milik PT Garuda Indonesia.

Hasil dari serangkaian pengujian yang telah dilaksanakan, menunjukkan bahwa performa SAF J2.4 memiliki kualitas yang sama dengan avtur konvensional.

“Penerbangan khusus ini akan menjadi tonggak sejarah di industri aviasi yang berkelanjutan. Masyarakat juga akan merasakan pengalaman baru, merasakan pemanfaatan energi terbarukan dan berkontribusi secara langsung pada penurunan emisi,” ujar Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Alfian Nasution.

BBM Hijau Perlu Dipacu

Institue for Essntial Services Reform (IESR) mencatat, dekarbonisasi sektor transportasi menjadi salah satu agenda utama untuk mencapai target emisi nol bersih Indonesia pada 2060.

Pasalnya, sektor transportasi merupakan penghasil emisi GRK terbesar kedua (23%), dimana transportasi darat menyumbang 90% emisi sektor ini, dengan total emisi di sektor energi mendekati 600 MtCO2eq pada 2021.

Dalam skenario rendah karbon yang sesuai dengan target Paris Agreement (LCCP), emisi dari transportasi di Indonesia perlu diturunkan menjadi 100 MtCO2eq pada 2050. Sementara itu, dalam perhitungan IESR seluruh sektor energi, termasuk transportasi, harus mendekati nol emisi pada 2050 agar kenaikan suhu global tetap berada di bawah 1,5 °C.

Untuk mencapai hal tersebut, elektrifikasi transportasi dan pemanfaatan bahan bakar berkelanjutan perlu diprioritaskan.

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa mengatakan peluncuran BBM ramah lingkungan merupakan hal positif dan merupakan dukungan pada transisi energi di Indonesia.

Kebutuhan bahan bakar cair masih terus naik hingga 2035 karena volume kendaraan motor bakar jumlahnya masih akan terus meningkat.

Namun, kontribusi pada penurunan emisi dan polusi masih belum banyak, mengingat volume BBM hijau belum terlalu banyak. Lebih dari 80% BBM yang terjual merupakan BBM kualitas rendah.

"Penjualan 'BBM hijau' juga tergantung pada arah kebijakan pemerintah terhadap kualitas BBM. Misalnya apakah pemerintah akan mewajibkan BBM standar Euro 6 dalam waktu dekat dan standar memperketat gas buang kendaraan. Kebijakan seperti ini akan meningkatkan permintaan BBM bersih," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (5/11/2023).

Fabby menambahkan, kualitas BBM di Tanah Air sudah seharusnya telah pada standar yang lebih baik. Pemerintah telah menetapkan batas standar kualitas BBM pada Euro IV sejak 2018, tapi implementasinya belum dilakukan secara utuh.

Untuk itu, Fabby menuturkan, pemerintah perlu menerbitkan peta jalan sampai dengan 2030 untuk pemanfaatan BBM hijau dan kebijakan-kebijakan yang mendukung untuk menuju dekarbonisasi.

Menurutnya, hal itu akan menjadi sinyal bagi pelaku usaha seperti produsen BBM, pabrikan kendaraan, dan konsumen.

"Jadi 'BBM hijau', perlu jadi standar umum BBM di Indonesia, bukan saja untuk BBM dengan merk tertentu," ungkapnya.

Dari sisi bisnis, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro menilai, dalam beberapa waktu ke depan dengan melihat langkah dari produsen otomotif, maka penggunaan BBM masih belum akan ditinggalkan.

Menurutnya, para produsen masih memilih bertahan pada mesin yang berbasis BBM dibandingkan dengan beralih 100% ke mesin berbasis listrik. Pasalnya, dari segi penjualan, mobil berbasis listrik masih berada di bawah ekspektasi meski pemerintah telah mengucurkan sejumlah insentif.

"Saya kira langkah paling moderat memang meningkatkan porsi yang BBM lebih ramah lingkungan karena rantai bisnis yang mengikutinya industri otomotif sebagian besar relatif banyak bertahan di mesin yang berbasis BBM," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper