Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramai-ramai Amankan Cadangan Pangan di Tengah El-Nino

Sejumlah upaya tengah ditempuh pemerintah guna menjaga agar stok pangan tetap terjaga ketika El Nino melanda.
Buruh melakukan bongkar muat karung berisi beras di Gudang Bulog Divre Jawa Barat di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/1/2023). Bisnis/Rachman
Buruh melakukan bongkar muat karung berisi beras di Gudang Bulog Divre Jawa Barat di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/1/2023). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah upaya dilakukan oleh pemerintah guna mengamankan cadangan pangan nasional, guna membendung efek negatif dari El-Nino.

Adapun, upaya itu meliputi menggenjot produksi, menjaga stok hingga melakukan impor.

Direktur Ketersediaan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Budi Waryanto mengatakan pemerintah sudah menyiapkan cadangan pangan pemerintah untuk bantuan beras kepada 21 juta keluarga penerima manfaat (KPM) masing masing 10 kg. Bantuan pangan yang dilaksanakan pada semester 1 selama tiga bulan berdampak pada menurunnya inflasi.

Ke depan Budi menyebutkan, program bantuan beras itu akan dilanjutkan hingga Maret 2024. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi masih minusnya neraca produksi-konsumsi beras karena mundurnya musim tanam di akhir 2023.

Apalagi pemerintah juga harus mengantisipasi Hari Raya Besar Keagamaan Natal dan Tahun Baru, serta adanya pesta demokrasi pada Februari 2023, kemudian dilanjutkan Ramadhan dan Idul Fitri.

”Jadi kita harus memperhatikan cadangan pangan agar terjaga dengan baik,” katanya, dalam siaran pers Selasa (31/10/2023).

Budi berharap tahun depan kondisi produksi pangan, khsusunya sektor perberasan bisa normal kembali. Untuk itu, pihaknya mendorong Perum Bulog bisa menyerap gabah petani sesuai target yakni 2,4 juta ton. Jumlah tersebut harus dipenuhi agar pemerintah bisa menjaga laju inflasi.

“Tidak hanya beras, tapi juga daging dan telur. Sekarang kita sudah coba terobosan bantuan telur,” katanya.

Sementara itu, Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita mengatakan, saat ini tren kenaikan harga komoditas pangan mencapai level tertingginya dalam 4 tahun terakhir, terutama untuk komoditas beras. Selain akibat El Nino, menurutnya, sentimen di pasar pangan global turut mempengaruhi cadangan beras pemerintah yang dikelola Bulog.

Mengutip data Departemen Pertanian AS (USDA), Febby menyebut, stok beras dunia pada akhir tahun 2023 ini diprediksi akan menurun menjadi 171,8 juta ton, lebih rendah 2 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya.

Di sisi lain, sentimen negatif lain muncul daripembatasan bahkan penutupan keran ekspor beras oleh negara produsen dunia, seperti dilakukan India.

“Dari hasil komunikasi dengan sejumlah negara di Asia Tenggara, peluang impor beras kini semakin sulit. Jadi untuk impor juga tidak mudah,” katanya.

Saat ini kata Febby, Bulog mengelola cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 1,47 juta ton. Untuk menjaga stabilisasi harga beras, pihaknya sudah menggelontorkan beras sebanyak 877.142 ton sampai Oktober.  

”Dengan adanya bantuan pangan kepada 21 juta KPM akan mengurangi 2,1 juta orang masuk pasar, sehingga mampu meredam harga beras di pasar,” katanya.

Lebih lanjut Febby mengatakan, Perum Bulog mendapat kuota penugasan impor beras sebanyak 1,5 juta ton tahun ini. Setelah sebelumnya menugaskan mengimpor 500.000 ton di akhir tahun 2022, yang realisasinya dilanjutkan ke tahun 2023. Bulog menargetkan bisa merealisasikan impor sebanyak 2 juta ton sampai akhir tahun 2023.

“Nah saat ini Bulog sudah secure stoknya, itu ada 1,4 juta ton. Sebenarnya sebanyak 1,5 juta ton memang [ditargetkan]. Saat ini masuk terus beras dari luar negeri untuk pemenuhan stok minimal CBP itu sendiri,” jelas Febby.

Direktur Irigasi Pertanian Direktorat Saranan Pertanian Kementerian Pertanian Rahmanto mengatakan, dampak El Nino tahun ini sejatinya tidak begitu signifikan. Namun akibat kekeringan panjang berdampak waktu tanam padi menjadi mundur.

”Jika biasanya musim tanam Oktober, karena belum hujan tanam mejadi mundur. Kalau tanam mundur berdampak pada panen tahun depan. Ini yang dikhawatirkan tahun depan, Januari, Februari mengalami penurunan produksi. Tahun ini sih tidak signifikan,” ucap Rahmanto.

Mengutip data BPS, Rahmanto mengatakan, luas panen ekisisting  10,45 juta ha dengan produksi 54,74 juta ton gabah keringi giling (GKG) atau 31,75 ton beras dengan produktivitas 5,2 ton/ha. Kementerian telah menargetkan produksi sebanyak 35 juta ton beras atau produksi gabah 54,74 juta ton.

“Artinya ada penambahan produksi sebanyak 3,2 juta ton beras tahun depan,” katanya.

Dalam rangka meningkatkan produksi beras nasional, Kementan pun melakukan strategi. Setidaknya ada dua strategi yaitu meningkatkan indeks pertanaman (IP) padi dan perluasan areal tanam.

Saat ini  IP lahan sawan irigasi rata-rata baru 1,68. Artinya belum sampai IP 2, kecuali lahan sawah di Bekasi, Karawang dan Indramayu.

”Kalau kita tingkatkan IP jadi 1,92 atau penambahan luas tanam 1.076.125 ha akan menyumbang produksi sebanyak 3,2 juta ton. Jadi target peningkatan produksi bisa dengan mudah tercapai,” katanya.

Sedangkan untuk sawah non irigasi yang luasnya mencapai 3 juta ha saat ini rata-rata IP-nya hanya 1. Jika bisa dinaikkan IP menjadi 1,3, maka akan meningakaan luas tanam menjadi 900 ribu ha atau luas panen 858.711 ha dengan tambahan produksi sebanyak 1,34 juta ton beras.

Langkah lain  menurut Rahmanto adalah optimalisasi lahan rawa 1 juta ha. Dari lahan tersebut ada potensi penambahan produksi sebanyak 3,1 juta ton. Selain itu optimalisasi lahan tadah hujan seperti lahan perkebunan, Perhutani dan tegalan masyarakat yang luasnya mencapai 7,6  juta ha.

Sementara itu, Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Rachmat mengatakan sektor pertanian Indonesia masih mengalami tantangan besar, terutama dari sektor alih lahan yang masif saat ini. Selain itu, dia mengatakan produktivitas padi riil Indonesia di lapangan masih belum mencapai potensi hasilnya.

“Posisinya intensitas tanam padi kita ini masih rata-rata belum dua kali ya. Seperti yang disampaikan Pak Rahmanto, ada yang satu ada yang dua. Sebagian ada yang tiga sebagian juga ada yang empat. Tapi rata rata masih di bawah dua,” ujar Rachmat.

Untuk meningkatkan produktivitas padi, pemerintah berupaya menggeser varietas yang memiliki produktifitas rendah dengan menyiapkan varietas unggul.  Di sawah irigasi saat ini petani masih banyak menanam varietas Ciherang yang produktifitasnya hanya 5-6 ton/ha. Untuk itu, pemerintah menyiapkan varietas Inpari 32 yang produktivitasnya bisa mencapai 7-8 ton/ha.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper