Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PMI Manufaktur Indonesia Oktober 2023 Merosot ke Level 51,5

PMI manufaktur Indonesia kembali melemah ke posisi 51,5 pada Oktober 2023. Ini penyebabnya:
Suasana di salah satu pabrik perakitan motor di Jakarta, Rabu (1/8/2018). Bisnis/Abdullah Azzam
Suasana di salah satu pabrik perakitan motor di Jakarta, Rabu (1/8/2018). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - S&P Global kembali mencatat perlambatan Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia ke posisi 51,5 pada Oktober 2023, melambat 0,8 poin dari 52,3 pada September 2023. 

Meskipun melambat, PMI manufaktur Indonesia masih berada dalam fase ekspansi selama 26 bulan berturut-turut.

"Data PMI menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi pada awal triwulan keempat. Namun, tanda-tanda perlambatan lebih lanjut pada momen pertumbuhan telah terlihat," kata Jingyi Pan, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, Rabu (1/10/2023). 

Pan menilai tingkat kepercayaan diri bisnis di antara perusahaan juga terus turun di bawah rata-rata jangka panjang yang menandakan penurunan optimisme terkait output 12 bulan mendatang. 

Menurut laporan S&P Global, tren penurunan PMI terjadi karena pertumbuhan produksi Oktober yang melambat, kendati masih terbilang solid. Namun, di sisi lain hasil output ekspansi periode ini menjadi yang paling lemah dalam 4 bulan terakhir. 

Adapun, pemicu utama penurunan, yakni melemahnya permintaan domestik dan asing yang menyebabkan penurunan penjualan. Hal ini membuat produksi berada pada fase terendah sejak Juni. Perusahaan pun akhirnya menyelesaikan penumpukan pekerjaan mereka dan mengurangi tenaga kerja di tengah penurunan kapasitas. 

"Akibat perlambatan pertumbuhan penjualan, perusahaan sedikit menurunkan jumlah tenaga kerja mereka dan membatasi kenaikan harga jual pada Oktober, menggambarkan keputusan bisnis yang lebih konservatif," tuturnya. 

Di samping itu, dari segi harga terjadi kenaikan biaya input lantaran adanya kenaikan tingkat inflasi hingga ke posisi tertinggi sejak bulan Maret. Hal ini menyebabkan biaya bahan baku, transportasi dan keuangan juga naik sehingga terjadi kenaikan biaya pengoperasian. 

Namun demikian, tingkat inflasi harga input masih di bawah rata-rata jangka panjang. "Akan tetapi penurunan inflasi harga jual yang lebih lambat diharapkan dapat membantu menahan inflasi di perekonomian Indonesia yang menjadi pertanda baik di tengah meningkatnya ketidakpastian," imbuh Pan.

Kondisi tersebut yang membuat sebagian perusahaan membebani kenaikan biaya produksi ke pelanggan sehingga harga jual rata-rata mengalami kenaikan. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper