Bisnis.com, JAKARTA – Laju inflasi pada Juli 2023 diperkirakan kembali melandai dibandingkan dengan inflasi tahunan pada Juni 2023 yang sebesar 3,52 persen (year-on-year/yoy).
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan laju inflasi Juli 2023 akan melambat ke level 3,09 persen yoy. Secara bulanan, inflasi diperkirakan sebesar 0,22 persen (month-to-month/mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,14 persen mtm.
Josua menjelaskan, perkembangan inflasi pada periode tersebut terutama didorong oleh inflasi komponen inti, yang dipengaruhi oleh inflasi kelompok pendidikan. Hal ini menurutnya sejalan dengan tahun ajaran baru sekolah tingkat dasar dan menengah.
“Selain komponen inflasi inti, inflasi harga bergejolak pada Juli 2023 diperkirakan cenderung stabil,” katanya kepada Bisnis, Sabtu (30/7/2023).
Josua menyampaikan, beberapa komoditas pangan yang cenderung mengalami peningkatan harga secara bulanan, di antaranya beras sebesar 0,02 persen, telur 0,5 persen, bawang putih 7,7 persen, cabai merah 3,5 persen, dan cabai rawit 0,5 persen.
Sementara itu, terdapat juga beberapa komoditas pangan yang mengalami penurunan harga, yaitu daging ayam sebesar 2,4 persen, daging sapi 0,2 persen, dan minyak goreng 0,8 persen.
Baca Juga
Lebih lanjut, Josua mengatakan bahwa inflasi pada komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices) cenderung meningkat terbatas pada Juli 2023.
Kondisi ini dipengaruhi oleh penyesuaian harga BBM non-subsidi, seperti Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite sepanjang Juli lalu.
“Perkembangan inflasi harga yang diatur pemerintah pada Juli 2023 juga didorong oleh penyesuaian harga gas elpiji 5,5 kg dan 12 kg,” jelasnya.
Dia menambahkan, dengan perkiraan inflasi hingga periode Juli 2023 tersebut, inflasi pada akhir tahun diperkirakan dapat mencapai kisaran 3 hingga 3,5 persen.