Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mantan Gubernur BI Ungkap Jurus Kendalikan Inflasi RI yang Tak Dimiliki Negara Maju

Mantan Gubernur BI Burhanuddin Abdullah mengungkap jurus Bank Indonesia kendalikan inflasi tak dimiliki negara lain. Apa itu?
Mantan Gubernur Bank Indonesia Burhanudin Abdullah/JIBI/Bisnis/Dedi Gunawan
Mantan Gubernur Bank Indonesia Burhanudin Abdullah/JIBI/Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Periode 2003-2008 Burhanuddin Abdullah mengungkapkan jurus Indonesia mengendalikan inflasi yang tak dimiliki negara maju, seperti Eropa hingga Amerika Serikat (AS). 

Seperti diketahui, BI memiliki tujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, salah satunya melalui kestabilan harga barang. BI tidak hanya menggunakan instrumen suku bunga kebijakan, tetapi juga didukung oleh sinergi dengan pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Jurus ini ternyata tak dimiliki negara lain untuk mengendalikan laju inflasi. 

Burhanuddin Abdullah menyampaikan bahwa dicetuskannya TPID pertama kali yaitu pada masa kepemimpinannya di bank sentral.

“Saya pernah dulu mengajak teman-teman Kantor Perwakilan BI mari kita keluar dan melihat melihat orang lain, jangan melihat di dalam saja. Dasar pikiran itulah yang kemudian menjadi pembentukan TPID dan kabarnya TPID sekarang sudah menjadi sangat instrumental,” katanya dalam seminar yang bertajuk ‘Peran Bank Indonesia di Daerah: Dulu dan Kini’, Rabu (26/7/2023).

Instrumen kebijakan tersebut bahkan tidak dimiliki oleh negara maju. Dia menceritakan, Eropa misalnya, yang pada masa itu mencatatkan laju inflasi yang tinggi, tapi hanya mengandalkan instrumen suku bunga kebijakan.

Dia menilai mengatakan inflasi di luar negeri, salah satunya di Eropa sulit turun, meskipun suku bunga sudah dinaikkan berkali-kali. Menurutnya, hal itu terjadi lantaran negara maju tidak memiliki TPID.

"Jadi suatu kebanggaan bagi Indonesia bahwa kebijakan kita customize sesuai dengan khas Indonesia,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui, laju inflasi di dalam negeri mengalami peningkatan yang signifikan sejak pertengahan 2022 dan mencapai puncaknya pada September sebesar 5,95 persen secara tahunan. Peningkatan ini dipicu oleh naiknya harga komoditas global dan kenaikan harga BBM.

Namun, laju inflasi menurun lebih cepat dari perkiraan hingga mencapai 3,52 persen pada Juni 2023. Penurunan inflasi pun terjadi di semua kelompok. 

Pada konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Selasa (25/7/2023), Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa kembalinya inflasi ke dalam sasaran 2-4 persen merupakan hasil positif dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi pangan antara BI dan pemerintah.

Sinergi tersebut dilakukan melalui TPIP dan TPID melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. 

“Dengan perkembangan tersebut, BI meyakini inflasi tetap terkendali dalam kisaran 2-4 persen pada sisa tahun 2023 dan 1,5-3,5 persen pada 2024,” kata Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper