Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan inflasi di dalam negeri akan mencapai tingkat 3,5 persen pada akhir 2023.
Artinya, laju inflasi pada akhir tahun ini kembali ke kisaran target Bank Indonesia (BI) sebesar 2-4 persen, dari tahun 2022 yang mencapai 5,51 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Juni 2023 melandai ke tingkat 3,52 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), terutama dipengaruhi oleh biaya yang terkait dengan komoditas pangan bergejolak dan transportasi.
Inflasi pangan tercatat melandai ke tingkat 1,2 persen yoy pada Juni 2023, jauh lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada Mei 2023 sebesar 3,3 persen yoy.
Faiz mengatakan, penurunan tersebut disebabkan oleh musim panen yang sukses di tengah kondisi cuaca yang mendukung dan upaya pemerintah untuk menjaga pasokan pangan yang cukup.
Selain itu, inflasi yang diatur pemerintah juga melandai menjadi 9,2 persen yoy pada Juni 2023, dari 9,5 persen yoy pada bulan sebelumnya. Moderasi ini terutama didorong oleh penurunan biaya transportasi yang disebabkan oleh penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi
Baca Juga
Inflasi inti juga melandai menjadi 2,6 persen yoy pada Juni 2023, dibandingkan dengan 2,7 persen yoy pada Mei 2023
Faiz mengatakan, inflasi inti pada Juni 2023 relatif stabil dan tren disinflasi terjadi lebih cepat dari perkiraan sebelumnya pada harga pangan
Sementara itu, menurut Faiz, inflasi dapat tetap terjaga pada level saat ini hingga akhir 2023 di tengah volatilitas harga energi dan potensi kenaikan harga pangan pada kuartal berikutnya akibat musim kemarau.
“Oleh karena itu, kami merevisi proyeksi inflasi umum akhir tahun menjadi 3,5 persen yoy dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,8 persen yoy,” katanya, Senin (3/7/2023).
Dari sisi kebijakan, Faiz memperkirakan bahwa BI akan memprioritaskan pencegahan risiko eksternal yang dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah, di tengah inflasi inti yang relatif rendah.
Menurutnya, BI akan melakukan upaya terbaiknya untuk mempertahankan suku bunga acuan di tingkat 5,75 persen
“Namun, ada peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin di sisa tahun ini, jika rupiah berada di bawah tekanan akibat kebijakan moneter the Fed yang hawkish,” jelasnya.