Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Proyeksi Ekspor Nonmigas Anjlok 22,5 Persen di 2023, Ini Sebabnya

Komoditas batu bara, minyak kelapa sawit, dan besi baja menyumbang sekitar 41 persen dari ekspor nonmigas Januari 2023.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memproyeksikan kinerja ekspor sektor nonmigas Indonesia akan mengalami tren penurunan, bahkan hingga minus 22,5 persen pada 2023. 

Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia Arga Samudro menyampaikan anjloknya harga batu bara menyebabkan penurunan ekspor sebesar 8.2 persen month-on-month (MoM), sementara ekspor minyak kelapa sawit dan besi-baja juga turun dengan tingkat yang serupa. 

“Kami memproyeksikan ekspor nonmigas akan turun sebesar -22.5 persen pada 2023,” ungkapnya dalam keterangan resmi, Kamis (16/2/2023). 

Perlu dicatat bahwa komoditas batu bara, minyak kelapa sawit, dan besi baja menyumbang sekitar 41 persen dari ekspor nonmigas Januari 2023. Menurutnya, harga batu bara dan minyak kelapa sawit akan kembali setelah kenaikan besar-besaran sejak 2021 hingga pertengahan 2022.

Di sisi lain, meskipun bahwa harga akan melambat, Arga memperkirakan impor barang konsumsi dan barang perantara akan meningkat, yang mencerminkan ketahanan permintaan domestik Indonesia. 

“Kami melihat penurunan komponen impor tersebut akan segera berakhir seiring dengan semakin berkurangnya dampak kenaikan harga BBM terhadap daya beli,” lanjutnya. 

Mengacu dari kinerja ekspor Januari 2023, China, Amerika Serikat, Jepang, dan India yang menjadi penopang hampir setengah dari total nilai ekspor Indonesia. 

Bahkan nilai ekspor nonmigas menuju China mencapai US$5.252,7 juta atau seperempat dari total nilai ekspor nonmigas Januari 2023 yang sebesar US$20.826,1 juta. 

Lebih lanjut, pembukaan kembali China sejatinya dapat membuka lebih banyak peluang komoditas Indonesia akan barang- barang rumah tangga untuk masuk ke negara tersebut, sebagaimana konsumsi penduduk China yang pulih. 

“Indonesia dapat mempertahankan volume ekspor logam dasar dan mineral untuk mengisi sektor manufaktur sekaligus menyediakan jasa pariwisata,” jelasnya. 

India dapat meningkatkan impor dari Indonesia karena pertumbuhan PDB India di 2023 diproyeksikan tetap solid di 6.9% (konsensus Bloomberg). Sementara AS dan Jepang cenderung akan datar pada 2023 karena faktor tekanan ekonomi domestik akibat suku bunga.

Dari semua kemungkinan tersebut, Arga masih yakin bahwa pada 2023 Indonesia dapat mencatat surplus untuk neraca perdagangan setidaknya di kisaran US$30 miliar. 

“Pada tahap ini, kami menegaskan kembali pandangan kami bahwa Indonesia masih dapat membukukan surplus perdagangan sebesar US$30 miliar, lebih rendah dari surplus tahun lalu,” tutupnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper