Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Indonesia Awal Tahun Melemah, Kemendag Ungkap Sebabnya

Kinerja ekspor Indonesia pada Januari 2023 mencapai US$22,31 miliar, turun secara bulanan sebesar 6,36 persen dibandingkan Desember 2022.
Ekspor - freepik
Ekspor - freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja ekspor Indonesia pada Januari 2023 mencapai US$22,31 miliar, turun sebesar 6,36 persen  dibandingkan Desember 2022. Kementerian Perdagangan menilai penurunan ekspor ini merupakan pola tahunan, di mana ekspor pada Januari selalu lebih rendah dibandingkan dengan Desember tahun sebelumnya.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (B3) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri mengatakan, salah satu faktor yang juga mempengaruhi turunnya kinerja ekspor Indonesia pada Januari 2023 adalah penurunan permintaan dari beberapa mitra dagang utama Indonesia, seperti permintaan India yang mengalami penurunan sebesar 13,02 persen, Vietnam turun 21,29 persen, dan Pakistan turun 1,38 persen.

“Namun, jika melihat kinerja ekspor pada bulan Januari selama 5 tahun terakhir, nilai ekspor pada bulan Januari tahun ini merupakan yang tertinggi,” ujar Kasan kepada Bisnis, Rabu (16/2/2023).

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Januari 2023, ekspor batu bara (HS 27) sebesar US$4,16 miliar (turun 8,19 persen); ekspor minyak sawit (HS 15) sebesar US$2,36 miliar (turun 9,95 persen); dan ekspor besi baja (HS 72) sebesar US$2,11 miliar (turun 9,26 persen). Ekspor ketiga komoditas tersebut mengalami penurunan, baik dari sisi nilai maupun dari sisi volume.

Adapun, untuk ekspor gas pada Januari 2023 senilai US$864,66 juta, turun 13,94 persen secara month-to-month (mom), tetapi naik 41 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Kasan menjelaskan, penurunan ekspor beberapa komoditas tersebut diantaranya disebabkan oleh penurunan permintaan dari negara mitra. Penurunan ekspor batu bara terjadi ke negara utama tujuan ekspornya, yakni China, yang turun 17,21 persen dan India turun 5,69 persen.

Penurunan ekspor minyak sawit terutama terjadi ke negara tujuan India yang turun 5,69 persen dan Pakistan turun 56,00 persen. Sementara itu, penurunan ekspor besi dan baja terjadi ke China turun 6,24 persen dan Taiwan turun 16,36 persen.

“Salah satu penyebab penurunan ekspor batu bara dan gas di bulan Januari 2023 adalah akibat adanya penurunan harga untuk produk tersebut, yakni harga batu bara turun 16,15 persen dan harga gas alam turun 40,53 persen, seperti data dari World Bank, Februari 2023,” tutur Kasan.

Lebih lanjut, Kasan mengatakan, penurunan nilai ekspor sawit juga disebabkan oleh kebijakan Indonesia yang memperketat volume ekspor dengan rasio pengali ekspor dipangkas dari 1:8 menjadi 1:6 terhadap yang dipasok ke dalam negeri.

“Kebijakan ini menyebabkan pengiriman ke luar negeri lebih sedikit untuk setiap ton yang dijual di dalam negeri dalam rangka memastikan pasokan minyak goreng yang cukup dan terjangkau di dalam negeri. Kebijakan ini ditetapkan melalui Keputusan Dirjen Daglu No 19 Tahun 2022 dan mulai diberlakukan tanggal 1 Januari 2023,” jelasnya.

Menurut dia, stok minyak sawit yang tinggi di banyak negara tujuan utama, termasuk China, India, dan lain-lain, musim dingin dan liburan Tahun Baru Imlek, juga membatasi ekspor selama Januari.

Selain itu, pada Januari 2023, ringgit Malaysia dan rupiah Indonesia sama-sama terapresiasi terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia menjadi RM4,27 terhadap US$1, menguat dari bulan sebelumnya yang sebesar RM4,42 per US$. Rupiah Indonesia juga menguat menjadi Rp14.990 per US$, dibandingkan bulan sebelumnya Rp15.595 per US$.

Ringgit dan rupiah yang menguat tersebut menyebabkan minyak sawit menjadi sedikit mahal dan akan membuat minyak sawit kurang menarik bagi buyer internasional yang bertransaksi dalam dolar AS.

Di samping itu, Kasan mengatakan bahwa gap antara harga minyak sawit dibandingkan dengan minyak kedelai menyempit pada Januari 2023 dibandingkan bulan sebelumnya.

“Walaupun harga minyak sawit tetap lebih murah tetapi perbedaan yang kecil ini juga mempengaruhi daya saing minyak sawit dibandingkan minyak nabati lainnya,” ujar Kasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper