Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto menyatakan pemerintah telah merampungkan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa (Indonesia—European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IEU—CEPA).
Hal itu disampaikan Kepala Negara RI dalam pidato Penyampaian RUU APBN 2026 dan Nota Keuangan di DPR, Jakarta, Jumat (15/8/2025).
Prabowo menyatakan IEU-CEPA telah rampung usai 1 dekade alias 10 tahun lamanya perjanjian ini tak kunjung terlihat ujungnya.
“Negosiasi bebas tarif Indonesia Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership Agreement, CEPA sudah kita selesaikan, setelah 10 tahun perundingan yang tidak selesai-selesai,” kata Prabowo.
Orang nomor satu di RI itu menyebut perjanjian IEU—CEPA rampung di tengah adanya tantangan global. “Kita berhasil melakukan terobosan pada tahun ini, justru di saat ada tantangan ada cobaan yang lebih besar lagi,” ujarnya.
Dalam catatan Bisnis, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkap kinerja ekspor Indonesia ke Eropa akan meningkat dengan adanya perjanjian kerjasama ekonomi komprehensif antara IEU—CEPA.
Baca Juga
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso memperkirakan ekspor Indonesia ke Eropa akan melambung jika perjanjian IEU—CEPA ini berlaku ke depan. Adapun, sebelum perjanjian IEU—CEPA ini berlaku, surplus perdagangan dari Uni Eropa mencapai US$3,79 miliar pada semester I/2025.
“Nanti harapan kita akan semakin meningkat karena ini pertanda yang baik bahwa sebelum diberlakukan IEU—CEPA pun ekspor kita terus mengalami peningkatan,” kata Budi dalam konferensi pers Kinerja Ekspor Semester I/2025 di Kantor Kemendag, Jakarta, Senin (4/8/2025).
Lebih lanjut, Budi menuturkan bahwa perjanjian IEU—CEPA diharapkan bisa ditandatangani pada September 2025. “IEU-CEPA, mudah-mudahan bulan September sudah bisa kita tandatangani,” imbuhnya.
Dia juga menjelaskan perundingan perjanjian IEU—CEPA yang berlangsung selama 10 tahun alias satu dekade ini lantaran kedua negara harus mementingkan kepentingan nasional.
“Kenapa menjadi lama? Karena tentu kita mementingkan kepentingan nasional. Sehingga prosesnya pun tidak mudah, baik itu bagi Indonesia maupun bagi EU,” ujarnya.
Budi menuturkan bahwa negosiasi atau kesepakatan IEU—CEPA ini bertujuan untuk menguntungkan kedua belah pihak, yakni Indonesia dan Uni Eropa. Apalagi, nantinya Indonesia memiliki akses yang lebih luas di Eropa, yakni 27 negara.
“Perdagangan kita akan meningkat surplus [dengan Eropa]. Dengan demikian sebenarnya kita lebih banyak mendapatkan keuntungan dengan akses pasar,” sambungnya.
Untuk itu, dia berharap ekspor Indonesia ke Eropa akan meningkat seiring adanya perjanjian IEU—CEPA.
“Bahkan beberapa pengamat bisa memprediksikan bisa meningkat atau total trade kita itu bisa menjadi 2 kali lipat. Kalau sekarang sekitar US$30 miliar, maka ke depannya bisa mencapai US$60 miliar,” ujarnya.