Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto berjanji bakal mendorong dan memperluas hilirisasi dalam Rancangan Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (RAPBN) 2026.
Hal itu dia sampaikan dalam Rapat Paripurna DPR RI Ke-1 Tahun Sidang 2025/2026 dan Penyampaian RAPBN Tahun Anggaran 2026 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (15/8/2025).
Prabowo menekankan bahwa sumber daya alam harus dikelola demi kepentingan rakyat. Dia mengingatkan kekayaan alam Indonesia tidak boleh dinikmati oleh segelintir golongan saja.
Oleh karena itu, hilirisasi harus diperluas. Apalagi, menurutnya, hilirisasi dapat membuka lapangan kerja.
"Hilirisasi akan kita perluas, lapangan kerja mudah kita ciptakan, nilai tambah kita maksimalkan," ucap Prabowo.
Dia pun menekankan bahwa nilai tambah dari hilirisasi harus tetap berada di Indonesia. Menurutnya, semua anak bangsa berhak maju.
Baca Juga
Sebelumnya, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat realisasi investasi sektor penghiliran atau hilirisasi mencapai Rp280,8 triliun pada semester I/2025, tumbuh 54,8% secara tahunan.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan P. Roeslani dalam paparannya menunjukkan bahwa total nilai realisasi investasi hilirisasi tersebut mencakup 29,8% dari total investasi semester I/2025 yang senilai Rp942,9 triliun.
Meski kontribusi hilirisasi semesteran lebih rendah dari periode kuartal II/2025 yang mencakup 30,2% (Rp144,5 triliun dari total Rp477,7 triliun), Rosan meyakini peningkatan masih akan terus terjadi ke depannya. Utamanya hilirisasi untuk sektor nikel dan bauksit.
“Sektornya kalau dari mineral memang nikel. Karena kami juga dengan nikel ini ingin mendorong peningkatan dari whole ecosystem of EV battery,” ungkapnya dalam konferensi pers, Selasa (29/7/2025).
Sebagaimana belum lama ini, pemerintah melaksanakan groundbreaking untuk pembangunan ekosistem nikel dari tambang hingga sel baterai yang digunakan untuk mobil listrik, sampai dengan daur ulang produk tersebut. Nilai proyeknya pun mencapai US$9 miliar atau setara sekitar Rp150 triliun.
Ke depan, Rosan mengungkapkan bahwa investasi untuk sektor nikel pun masih akan terus masuk, di mana Indonesia mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan juga investasi yang berkelanjutan.