Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegaskan komoditas emas ikut menjadi mineral logam prioritas selanjutnya yang akan didorong untuk dilakukan hilirisasi.
Pemerintah belakangan gencar mendorong kebijakan larangan ekspor mineral mentah, seperti nikel hingga bauksit, untuk mengembangkan hilirisasi di dalam negeri. Menurut Jokowi, hilirisasi menjadi kunci bagi Indonesia untuk menjadi negara maju.
“Kemudian nanti dari bauksit, timah, lari ke tembaga, lari ke emas, lari ke gas alam dan minyak. Kalau ini betul-betul secara konsisten kita kerjakan, jadilah kita negara maju,” kata Jokowi saat membuka Pertemuan Industri Jasa Keuangan di Jakarta, dikutip Selasa (7/2/2023).
Menurut Jokowi, program moratorium ekspor mineral mentah nikel belakangan telah meningkatkan nilai tambah yang signifikan untuk penghiliran bijih nikel.
Misalkan, dia mencontohkan, nilai ekspor produk turunan bijih nikel sudah berada di angka US$30 miliar hingga akhir 2022. Torehan itu jauh lebih tinggi dari rata-rata ekspor bijih nikel yang hanya sebesar US$1,1 miliar sebelum moratorium ekspor.
“Dari nikel lompatan kita dari US$1,1 miliar melompat jadi US$30 miliar setelah ada hilirisasi,” kata dia.
Baca Juga
Secara keseluruhan, Jokowi memproyeksikan dampak hilirisasi dari sektor mineral dan batu bara, minyak dan gas bumi, serta kelautan bisa sampai angka US$715 miliar dan lapangan kerja yang terbangun bisa mencapai 9,6 juta.
Dengan demikian, dia meminta industri jasa keuangan untuk ikut mendukung program hilirisasi yang telah diprioritaskan pemerintah tersebut tahun ini.
Dia menuturkan, sebagian pengusaha yang ingin membangun smelter belakangan masih kesulitan untuk mendapatkan pendanaan dari perbankan dan lembaga pinjaman lainnya.
Dia berharap industri jasa keuangan dapat lebih percaya untuk menyalurkan pinjaman mereka untuk kegiatan hilirisasi tahun ini.
“Kalau ini betul-betul secara konsisten kita kerjakan jadi lah kita negara maju,” tuturnya.