Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral Filipina atau Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) kembali memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini, menurunkannya ke level 5% demi menjaga daya tahan ekonomi seiring dengan prospek inflasi yang tetap terkendali.
Melansir Bloomberg pada Kamis (28/8/2025), bank sentral Filipina tersebut menurunkan suku bunga acuan reverse repurchase overnight sebesar 25 basis poin menjadi 5%, level terendah sejak November 2022. Langkah ini sesuai dengan perkiraan seluruh 26 ekonom dalam survei Bloomberg.
Sejak memulai siklus pelonggaran tahun lalu, bank sentral telah memangkas suku bunga total 150 basis poin. Gubernur BSP Eli Remolona awal bulan ini mengisyaratkan pemangkasan lanjutan kemungkinan akan berlanjut hingga 2026, seiring upaya memperkuat pertahanan ekonomi terhadap tekanan perang dagang global. “Risiko-risiko yang terus berkembang perlu diawasi secara ketat,” tulis BSP dalam pernyataan resminya.
Bank sentral menambahkan bahwa kebijakan perdagangan dan investasi Amerika Serikat (AS) dapat memengaruhi prospek ekonomi Filipina. Dewan Moneter BSP akan terus menyesuaikan arah kebijakan berdasarkan prospek inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang berkembang.
Bank sentral masih memiliki ruang pelonggaran karena inflasi kembali melambat pada Juli, dan diperkirakan tetap berada di bawah kisaran target 2%–4% dalam beberapa bulan mendatang.
Menguatnya peso terhadap dolar AS turut menekan risiko inflasi impor. Mata uang Filipina bahkan tercatat sebagai yang terkuat di Asia berkembang bulan ini, dengan apresiasi sekitar 2% terhadap greenback.
Baca Juga
Dalam proyeksi terbaru, inflasi 2025 dinaikkan tipis menjadi 1,7% dari sebelumnya 1,6%, sedangkan proyeksi 2026 diturunkan menjadi 3,3% dari 3,4%. Untuk 2027, inflasi diperkirakan mencapai 3,4% dibandingkan perkiraan sebelumnya 3,3%.
Meski ekspektasi harga relatif terkendali, BSP menilai potensi kenaikan tarif listrik dan bea masuk beras dapat menambah tekanan inflasi ke depan.
Ekonomi Filipina sempat menunjukkan perbaikan pada kuartal sebelumnya berkat hasil pertanian yang kuat, namun ketidakpastian dampak tarif AS membayangi prospek pertumbuhan. Washington bulan ini resmi mengenakan tarif 19% terhadap produk Filipina, selevel dengan negara tetangganya di Asia.
Di kawasan Asia, sejumlah bank sentral lain termasuk Selandia Baru dan Indonesia juga mulai melonggarkan kebijakan moneter. Sementara itu, The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan memangkas suku bunga acuannya bulan depan.