Bisnis.com, JAKARTA — Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) mengandalkan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada setiap produk besi dan baja yang diproduksi lokal untuk meningkatkan daya saing terhadap produk impor murah yang membanjiri pasar domestik.
Co Executive Director IISIA Yerry Idroes mengatakan, SNI dapat menjadi elemen perlindungan sekaligus untuk meningkatkan daya saing nasional dan memperkuat peran dalam rantai pasok industri baja dari hulu hingga hilir.
“SNI telah terbukti sebagai instrumen efektif untuk meningkatkan daya saing industri baja nasional. Apalagi dalam kondisi overcapacity global, setiap negara berusaha memproteksi industri unggulannya,” ujar Yerry dalam keterangan resminya, dikutip Kamis (28/8/2025).
Pihaknya juga berharap optimalisasi penerapan SNI tak hanya memperkuat daya saing, tetapi juga melindungi pasar domestik dari serbuan produk impor, sekaligus memperluas akses ke pasar internasional.
Untuk diketahui, saat ini IISIA mewadahi 196 pelaku industri besi dan baja dalam sembilan klaster. Dia mendorong anggotanya untuk menegaskan komitmen dalam penerapan SNI secara konsisten di seluruh rantai pasok.
Menurut Yerry, penerapan SNI berdasarkan pohon industri yang telah diidentifikasi IISIA akan membantu anggota menghadapi persaingan global yang kini semakin mengarah pada persaingan antarnegara (G2G), bukan sekadar antarpelaku usaha (B2B).
Baca Juga
“Penerapan SNI secara menyeluruh di industri baja berpotensi memberikan kontribusi terukur terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8% yang dicanangkan pemerintah, jika ekosistemnya mendukung pelaku usaha,” jelasnya.
Dia juga menegaskan perlunya pengamanan terhadap praktik usaha yang tidak adil dan membanjirnya produk impor yang mengancam potensi industri nasional.
Diberitakan sebelumnya, baja setengah jadi atau semi-finished asal China membanjiri pasar global yang ditandai meningkatnya ekspor lebih dari empat kali lipat sepanjang tahun ini.
Fenomena ini dinilai menjadi rekor tertinggi, bahkan setelah berbagai negara membatasi produk baja China di negara masing-masing.
Dikutip dari Bloomberg, Selasa (26/8/2025), merujuk data Bea Cukai China, ekspor baja setengah jadi dari China meningkat 320% menjadi 7,4 juta ton pada Januari-Juli 2025. Lonjakan pasokan tercatat dikirim ke Asia Tenggara dan Timur Tengah.
Pada Juli saja volume ekspor lebih dari 1,5 juta ton atau 14% dari total pengiriman baja ke seluruh dunia.
Adapun, Indonesia adalah pembeli baja setengah jadi terbesar sepanjang tahun ini, mengimpor 1,14 juta ton. Diikuti oleh Filipina dengan hanya kurang dari 1 juta ton, kemudian Turki, Italia, dan Arab Saudi.