Bisnis.com, JAKARTA — Baja setengah jadi atau semi-finished asal China membanjiri pasar global yang ditandai meningkatnya ekspor lebih dari empat kali lipat sepanjang tahun ini. Fenomena ini dinilai menjadi rekor tertinggi, bahkan setelah berbagai negara membatasi produk baja China di negara masing-masing.
Dikutip dari Bloomberg, Selasa (26/8/2025), merujuk data Bea Cukai China, ekspor baja setengah jadi dari China meningkat 320% menjadi 7,4 juta ton pada Januari-Juli 2025. Lonjakan pasokan tercatat dikirim ke Asia Tenggara dan Timur Tengah.
Pada Juli saja volume ekspor lebih dari 1,5 juta ton atau 14% dari total pengiriman baja ke seluruh dunia.
Adapun, Indonesia adalah pembeli baja setengah jadi terbesar sepanjang tahun ini, mengimpor 1,14 juta ton. Diikuti oleh Filipina dengan hanya kurang dari 1 juta ton, kemudian Turki, Italia, dan Arab Saudi.
Ekspor baja China yang booming ini telah melampaui proyeksi tahun ini, dengan volume tetap tinggi meskipun proteksionisme meningkat di seluruh industri global.
Untuk diketahui, baja setengah jadi merupakan produk antara atau intermediate yang dikerjakan ulang sebelum dijual ke industri mulai dari mobil hingga konstruksi atau barang konsumen.
Baca Juga
Jinshan Xie, seorang analis besi di Horizon Insights mengatakan, sebagian kecil dari total ekspor baja China yakni produk billet.
Dia menilai terjadi pergeseran permintaan produk seiring dengan meningkatnya tekanan domestik dan ketika negara-negara lain mencoba membatasi aliran produk yang lebih spesifik.
Di samping itu, total ekspor dari China mencapai rekor pada kuartal kedua sehingga membantu pasar domestik yang terbebani oleh kelemahan yang berkepanjangan di sektor properti.
"Kecuali ada pembatasan produksi wajib yang membatasi pasokan domestik, kami berharap ekspor billet akan berlanjut karena harga China sangat kompetitif," ujar Jinshan Xie.
Peningkatan ekspor baja China juga dinilai menunjukkan bagaimana pedagang baja China mahir dalam menemukan pasar baru dalam menghadapi hambatan perdagangan.
Sementara itu, produk gulungan canai panas, yang telah menghadapi pengawasan anti-dumping dari Vietnam, Korea Selatan, dan beberapa tujuan utama lainnya, melihat volume ekspor turun sekitar 13% dalam 7 bulan pertama tahun ini.
Beberapa pemangku kepentingan di industri baja China telah menyerukan tindakan untuk mengurangi ekspor billet baja.
Pada bulan Juli, Asosiasi Besi dan Baja Tiongkok mengusulkan pembatasan, dengan alasan bahwa perdagangan tersebut menyia-nyiakan kapasitas pemrosesan domestik. Sebab, logam digulung di tempat lain dan untuk menjaga harga bijih besi tetap tinggi.