Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krakatau Steel Usul jadi Pusat Logistik Baja, Importir Ingatkan soal Monopoli

Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia mengingatkan jangan ada monopoli dalam pengadaan baja.
Bengkel cold-rolling di fasilitas produksi baja Baoshan milik Baowu Steel Group Co. di Shanghai, China/Bloomberg-Qilai Shen
Bengkel cold-rolling di fasilitas produksi baja Baoshan milik Baowu Steel Group Co. di Shanghai, China/Bloomberg-Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Capt. Subandi mengingatkan jangan ada monopoli dalam pengadaan baja.

Hal ini merespons PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang mengusulkan agar perusahaan menjadi pusat logistik baja. Perusahaan berdalih ini dilakukan demi pembenahan tata niaga impor baja.

"Jangan ada monopoli dalam pengadaan baja di Indonesia karena berdampak pada tingginya harga barang tersebut dan juga tersendatnya pasokan ke industri yang membutuhkan," kata Subandi dalam keterangannya, Jumat (14/3/2025).

Menurutnya, risiko itu akan semakin parah jika nantinya pengadaan baja harus melalui supplier yang ditunjuk oleh Krakatau Steel.

Subandi pun menuding kinerja Krakatau Steel tak optimal. Dia menyebut, saat ini perusahaan pelat merah itu sudah jadi anak emas pemerintah. Namun, Krakatau Steel tidak bisa berproduksi dengan optimal. Malahan, kata Subandi, mereka berdagang kembali dari baja yang diimpor.

Subandi menekankan bahwa industri yang berbahan baku baja menginginkan kepastian jadwal pasokan seperti ketersediaan barang dan juga varian baja.

"Bahkan, pelaku usaha yang membutuhkan bahan baku baja tidak terlalu mempermasalahkan seandainya harga lebih mahal sedikit asalkan stok dan varian cukup sehingga industri dapat terus berproduksi," kata Subandi.

Sebelumnya, Krakatau Steel mengusulkan perusahaan untuk menjadi pusat logistik baja. Direktur Utama Krakatau Steel Muhamad Akbar Djohan mengatakan, tata niaga impor menjadi keniscayaan demi memastikan pemenuhan kebutuhan baja untuk proyek nasional.

Selain itu, pembenahan tata niaga impor juga guna memastikan impor tidak berdampak negatif pada industri baja nasional, mengendalikan praktik perdagangan tidak adil (dumping, subsidi, non-standard, circumvention), serta memastikan ketersediaan bahan baku dan skala ekonomis produksi baja bagi Krakatau Steel Group.

Akbar mengatakan, saat ini pihaknya terus melanjutnya restrukturisasi untuk perbaikan kinerja. Ini khususnya guna menciptakan fondasi bagi pertumbuhan berkelanjutan serta mengembangkan industrialisasi dan hilirisasi.

"Dengan perbaikan kinerja dan dengan dukungan dari pemerintah dalam proteksi industri baja dalam negeri, maka Krakatau Steel dan para pelaku industri baja lainnya dapat mewujudkan ketahanan dan kemandirian industri baja nasional,” kata Akbar melalui keterangan resminya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper