Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Fatchiah Kertamuda

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Universitas Paramadina

Lihat artikel saya lainnya

OPINI: Kemiskinan & Kesehatan Mental

Kemiskinan di perkotaan Indonesia meningkat, mempengaruhi kesehatan mental. Faktor sosial, ekonomi, dan politik berperan. Pemerintah perlu intervensi.
Warga melintas didekat pemukiman padat penduduk di Jakarta, Senin (11/8/2025). Bisnis/Abdurachman
Warga melintas didekat pemukiman padat penduduk di Jakarta, Senin (11/8/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA- Profil kemiskinan di Indonesia baru saja dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk tahun 2025.

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa presentasi penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2025 sebesar 8,47%, menurun 0.10% poin terhadap September 2024 dan menurun 0,56% poin terhadap Maret 2024.

Yang menarik dari data BPS ini, penduduk ‘miskin’ perkotaan naik dari 11,05 juta orang (6.66%) per September 2024 menjadi 11,27 juta orang (6,73%) pada Maret 2025.

Pertanyaannya ada apa dengan penduduk perkotaan? Mengapa kemiskinan meningkat? Faktor-faktor apa yang menjadikan peningkatan kemiskinan ini? Fenomena apa yang menyebabkan situasi ini terjadi di penduduk perkotaan?

Bila ditinjau dari berbagai beragam ‘angle’ memang saat ini, kehidupan di kota banyak dipengaruhi oleh beragam faktor seperti faktor sosial, ekonomi, bahkan politik. Arti dari kemiskinan menurut BPS (2023) sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Kemiskinan dipengaruhi oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM yang diukur melalui tiga dimensi dasar, seperti: kesehatan, pendidikan, dan standar hidup yang layak menunjukkan pencapaian pembangunan manusia sebagai hasil dari kegiatan pembangunan oleh suatu negara/daerah. Berdasarkan hal tersebut, dapat dijelaskan bahwa IPM merupakan salah satu ukuran pembangunan di suatu wilayah yang berhubungan negatif dengan kemiskinan.

Makin tinggi angka IPM menandakan bahwa kualitas hidup manusia juga makin baik. Berkaitan dengan hal di atas, fenomena yang ter-jadi saat ini 3 dimensi dasar untuk dapat menuju pembangunan manusia masih belum merata sehingga kondisi yang menunjukkan angka kemiskinan meningkat khususnya di perkotaan.

Hannah (2024) menemukan bahwa kemiskinan perkotaan seringkali tersembunyi atau terabaikan dari aspek-aspek di balik “kemakmuran” di pusat kota yang ramai seperti ketidakamanan perumahan dan ekonomi hingga kesenjangan pendidikan dan kurang layanan kesehatan yang menuntut perhatian. Hal ini berdampak ke masyarakat kota di kehidupan keseharian mereka. Di Indonesia saat ini juga viral fenomena ‘rojali’ (rombongan jarang beli) dan ‘rohana’ (rombongan hanya nanya-nanya).

Apakah fenomena ini menunjukkan adanya aspek tersembunyi di balik ‘kemakmuran’ kota? Suasana dan situasi pusat perbelanjaan di kota-kota besar tetap ramai dengan padatnya para pengunjung. Namun para pengunjung yang ramai tadi, belum tentu melakukan transaksi atau berbelanja. Mengapa? Hal ini salah satunya dapat disebabkan karena daya beli masya-rakat yang menurun karena berbagai alasan sehingga menjadi ‘rojali’ dan ‘rohana’.

Kemiskinan perkotaan adalah masalah sosial yang luas dan bertahan lama secara global, yang ditandai dengan konsekuensi negatif bagi kehidupan manusia. Kemiskinan memberikan dampak yang signifikan ter-hadap kesehatan mental sese-orang terutama di perkotaan.

Studi Gruebner dkk (2017) menunjukkan bahwa risi-ko penyakit mental serius umumnya lebih tinggi di pe-kotaan dibandingkan dengan pedesaan. Studi epidemiologi telah mengaitkan pertumbuh-an dan kehidupan di perko-taan dengan risiko skizofrenia yang jauh lebih tinggi.

Namun, korelasi bukanlah sebab-akibat, dan hidup dalam kemiskinan dapat berkontribusi dan merupakan akibat dari gangguan yang terkait dengan kesehatan mental yang buruk. Isolasi dan diskriminasi sosial serta kemiskinan di lingkungan sekitar berkontribusi terhadap beban kesehatan mental. Ini menunjukkan adanya hubungan kemiskinan dan kesehatan mental, di mana seseorang yang hidup dalam kemiskinan cenderung lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental seperti stres, kecemasan, depresi, dan trauma.

Beragam faktor yang menyebabkan kemiskinan kota yang mempengaruhi kesehatan mental. Pertama,tekanan finansial, di mana kekurangan sumber daya atau sosok untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akan mengakibatkan stres dan kekhawatiran akan kondisi diri dan keluarga. Kedua, ketimpangan sosial ekonomi. Dampak dari tekanan finan-sial sehingga pendapatan terbatas dan akses untuk layanan pada 3 dimensi dasar seperti kesehatan, pendidikan dan standar hidup layak tidak terpenuhi.

Situasi ini dapat ‘memperparah’ kondisi kesehatan mental yang dapat berakibat muncul emosi-emo-si negatif dalam diri. Ketiga, lingkungan yang tidak men-dukung. Kehidupan di perkotaan yang padat penduduk, bising, kemacetan di mana-mana meningkatkan stres, kecemasan bahkan memunculkan gangguan tidur. Keempat, yang dapat menye-babkan kemiskinan kota adalah adanya stigma dan diskriminasi.

Stigma inilah menjadikan masalah dalam kehidupan sosial seseorang yang akhirnya hidup dalam ‘kepura-puraan’ atau ‘bersandiwara’ hanya untuk dapat ‘validasi’ dari lingkungan sekitarnya. Situasi ini akan sangat ‘melelahkan’ bagi seseorang ditinjau dari sudut psikologisnya. Kelelahan psi-kologis ini akan memberikan pengaruh pada pola pikir dan perilaku yang ditunjukkan.

Pemerintah dalam hal ini sangat bertanggung jawab pada situasi dan kondisi pemenuhan 3 dimensi dasar agar terhindar dari kemiskinan, khususnya di kota yang meningkat berdasarkan daga BPS. Upaya yang harus dilakukan pemerintah di antaranya, meningkatkan dan memastikan layanan kesehatan baik fisik maupun layanan kesehatan mental untuk masyarakat dengan tingkat kemiskinan. Pemerintah perlu segera mendata kota-kota yang rentan dan ada peningkatan kemiskinan agar segera ada perbaikan, serta peningkatan kesejahteraan ekonomi dalam program-program pemerintah wajib menyentuh semua pihak.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro