Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia menilai bahwa The Fed tidak akan menurunkan suku bunga acuan pada tahun ini karena kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian. Suku bunga di Negeri Paman Sam justru masih berpotensi naik hingga 5 persen.
Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Bank Indonesia Annual Investment Forum 2023. Acara itu berlangsung di Bali pada 25—27 Januari 2023 dan disiarkan secara daring.
Menurut Perry, pihaknya memperkirakan bahwa baseline suku bunga The Fed pada 2023 ada pada level 5 persen. Dalam kondisi yang semakin sulit, suku bunga acuan AS bahkan dapat bergerak ke 5,25 persen.
Pada Desember 2022 The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga 50 basis poin (bps), menjadi 4,25 persen—4,5 persen. Artinya, masih terdapat peluang kenaikan suku bunga pada awal tahun ini.
"Kami belum yakin bahwa sampai akhir tahun ini The Fed akan menurunkan suku bunga, sampai ke 4,5 persen. Kami masih meyakini bahwa akan bergerak di sekitar 5,25 persen," ujar Perry pada Kamis (26/1/2023).
Menurutnya, apabila terjadi penurunan suku bunga ketika kondisi ekonomi global membaik, paling cepat hanya dapat turun ke 4,75 persen pada penghujung tahun. BI tetap memandang bahwa rezim suku bunga tinggi akan menyelimuti 2023.
Baca Juga
"Masalah inflasi masih menyelimuti dunia pada tahun ini. Inilah kenapa kita masih menghadapi higher interest rate," kata Perry.
Adapun sepanjang 2022, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 7 kali. Secara kumulatif sepanjang Maret-Desember 2022 Bank Sentral AS tersebut telah mengerek suku bunga acuan sebesar 425 bps atau menjadi 4,25 persen dari sebelumnya di level 0-0,25 persen.