Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) menyoroti tantangan berbeda yang dihadapi oleh bank sentral Jepang dari bank sentral lainnya.
Wakil Direktur Pelaksana IMF Gita Gopinath mengatakan Bank of Japan (BOJ) menghadapi risiko bahwa inflasi di Jepang akan berada di bawah target.
"Bank of Japan menghadapi keputusan yang cukup rumit," kata Gita dalam World Economic Forum di Davos, sebagaimana dilansir dari Bloomberg pada Kamis (19/1/2023)
Gita mengatakan BOJ tidak seperti negara-negara ekonomi utama di dunia. BOJ memang menghadapi kenaikan inflasi di Jepang, namun risiko inflasi kembali turun di bawah target bank sentral masih tetap tinggi.
Orang nomor dua di IMF itu menjelaskan tak lama setelah BOJ mempertahankan pengaturan kebijakan utamanya dengan tidak mengubah suku bunga negatif pada -0,1 persen dan imbal hasil obligasi 10 tahun sekitar 0 persen.
Bank sentral Jepang juga mengatakan akan melanjutkan pembelian obligasi berskala besar dan meningkatkannya secara fleksibel jika diperlukan karena menunjukkan niatnya untuk menggandakan pertahanan program kontrol kurva imbal hasil untuk saat ini.
Baca Juga
Ada sejumlah ekspektasi bahwa BOJ akan menaikkan batas atas atau menurunkan kontrol kurva imbal hasil.
Langkah tersebut mengejutkan pelaku pasar, namun sepertinya tidak akan memadamkan spekulasi bahwa BOJ melakukan normalisasi kebijakan seiring dengan percepatan inflasi, bersamaan dengan Gubernur Haruhiko Kuroda yang akan segera mengakhiri masa jabatannya.
"Mereka harus melakukan pertukaran yang rumit untuk menjaga kebijakan moneter tetap akomodatif sambil memastikan bahwa kebijakan tersebut konsisten dengan data inflasi yang akan datang," pungkasnya.