Bisnis, BADUNG — Strategi kebijakan pascapandemi Covid-19 guna mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi tema sentral diskusi lintas pakar dalam acara 11th Annual International Forum of Economic Development and Public Policy atau 11th AIFED yang resmi kembali digelar hari ini, Selasa (6/12/2022).
Pada gelaran yang ke-11 ini, tema yang diambil adalah ‘Post Pandemic Economic Policy: Coping with Uncertainties and Seizing New Growth Opportunities’. Acara ini berlangsung selama 2 hari, yakni 6-7 Desember 2022, di Nusa Dua, Bali.
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Luki Alfirman dalam sambutannya mengungkapkan bahwa tahun ini 11th AIFED fokus pada tiga topik utama.
Pertama, kebijakan makrofiskal dalam mengatasi tantangan terkini dan dalam mendorong pertumbuhan yang lebih berimbang, inklusif, dan berkelanjutan pascapandemi Covid-19.
Kedua, arah kebijakan ekonomi ke depan dalam memanfaatkan perubahan dan peluang yang muncul. Ketiga, pengembangan lebih lanjut untuk kerangka ekonomi dan pembiayaan hijau.
Luki mengatakan bahwa ekonomi global dan Indonesia berada di jalur pertumbuhan yang menjanjikan hingga akhir 2019. Indonesia pun optimistis untuk mencapai sasaran menjadi negara berpenghasilan tinggi pada 2045. Namun, pandemi Covid-19 membuyarkan itu semua.
Baca Juga
Untuk mengatasi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dipicu oleh pandemi Covid-19, pemerintah di seluruh dunia harus mengambil kebijakan yang luar biasa.
IMF memperkirakan total biaya yang diperlukan sebagai bagian dari paket bantuan dan pendapatan yang hilang karena pandemi Covid-19 adalah sekitar US$10,9 triliun.
“Ketika pendapatan menyusut secara dramatis, sementara pengeluaran yang diperlukan untuk mengatasi pandemi membengkak, defisit anggaran melebar ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan pada gilirannya berdampak pada utang pemerintah,” ungkapnya, Selasa (6/12/2022).
Kini, di tengah upaya pemulihan ekonomi seiring dengan meredanya pandemi, dunia dihadapi oleh tantangan baru akibat konflik geopolitik. IMF terus merevisi turun pertumbuhan global, khususnya untuk tahun 2023, dari 3,8 persen pada Januari menjadi 2,7 persen pada Oktober 2022.
Pada saat yang sama, dunia juga tidak dapat menghindari tantangan terkait perubahan iklim yang akan segera terjadi.
Lebih lanjut, Luki juga mengatakan bahwa di luar risiko dan tantangan, pandemi Covid-19 juga memberikan peluang baru.
Krisis telah menciptakan momentum untuk reformasi kebijakan dan membantu mempercepat digitalisasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya isu-isu lingkungan
“Sementara itu, ada juga pergeseran pasar tenaga kerja dan lingkungan kerja yang dapat kita manfaatkan untuk mendorong transformasi ekonomi,” ungkapnya.
Adapun 11th AIFED dihadiri oleh perwakilan dari sejumlah mitra penting Indonesia, di antaranya Stephen Jones, Assistant Treasurer and Minister for Financial Services of Australia; Ramesh Subramaniam, Director General Southeast Asia Department of ADB; dan David Nellor, Director of Prospera.
AIFED adalah wadah diskusi kebijakan yang dirancang untuk menyatukan akademisi, ekonom, analis, profesional, dan pembuat kebijakan dalam satu platform untuk mendiskusikan dan menawarkan solusi yang bisa diterapkan untuk masalah paling mendasar yang muncul di dalam negeri.
Forum ini diselenggarakan oleh Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Indonesia, dan mendapat dukungan besar dari berbagai mitra, baik dalam maupun luar negeri. Acara yang digelar sejak 2011 ini kembali digelar secara offline, setelah 2 tahun digelar online.
AIFED berupaya mendukung terciptanya kebijakan ekonomi yang lebih berimbang antara mendorong konsistensi agenda pembangunan dan menjaga stabilitas dalam menghadapi guncangan eksternal. Ini juga menjadi tema yang dibahas dalam Konverensi Tingkat Tinggi G20 pada November 2022 lalu.
Sebagian besar negara harus mengedepankan upaya ini, terutama untuk mempertahankan pemulihan dan mengarahkan ekonomi menuju pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.