Bisnis.com, JAKARTA — Pemulihan penerbangan domestik dari efek pandemi Covid-19 tampaknya masih perlu waktu lebih lama. Pasalnya Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memproyeksikan pertumbuhan penumpang hanya 2% pada tahun ini.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia atau Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Bayu Sutanto membenarkan data Kemenhub tersebut. Di mana pertumbuhan domestik tidak signifikan, sementara internasional lebih tinggi secara tahunan.
“Beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti turunnya daya beli, turunnya kelas menengah. Itu untuk sisi demand,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (6/8/2025).
Dari sisi suplai, Bayu mengungkapkan bahwa jumlah pesawat yang tinggal 350 unit menyebabkan pertumbuhan domestik juga tertahan. Belum lagi, pendapatan maskapai yang tipis karena Tarif Batas Atas (TBA) yang belum direvisi membuat suplai berkurang.
Meski pemerintah memberikan dorongan terhadap daya beli—berupa diskon tiket pesawat berupa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP)—tetapi Bayu memandang kebijakan tersebut tak efektif mendongkrak pertumbuhan domestik.
Menurutnya, tarif yang hanya berlaku selama periode 30-45 hari saja dan pengumuman yang mepet dengan waktu berlakunya membuat diskon tiket tersebut kurang efektif. Mengingat, masyarakat perlu waktu untuk melakukan perencanaan perjalanan.
Baca Juga
Padahal, per Juni 2025 Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat bahwa rute penerbangan dalam negeri mencapai 301 rute yang dilayani oleh 16 maskapai. Jumlah tersebut lebih banyak dari rute internasional sebanyak 129 rute.
Sementara itu, Pengamat Penerbangan Alvin Lie hasil kajian dari Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (Apjapi) selama peak season Mudik-Balik 2025 menunjukkan bahwa program diskon yang dilakukan pemerintah tidak efektif menarik penumpang baru.
Pertumbuhan penumpang pada momen Mudik dan Balik Lebaran (peak season) 2025 adalah sekitar 9.7% dari hari biasa (normal traffic) 3 bulan terakhir.
Sedangkan penumpang yang biasanya menggunakan moda transportasi lain namun dalam masa mudik ini beralih ke transportasi udara adalah sebesar 3,9%. Sangat tidak signifikan dibanding diskon 13-14% yang ditawarkan oleh pemerintah.
“Secara umum, dapat disimpulkan bahwa kebijakan diskon yang diterapkan pemerintah tidak berdampak besar dalam meningkatkan jumlah penumpang selama peak season,” ungkapnya.
Dalam waktu dekat, pemerintah juga berencana kembali memberikan diskon tiket pesawat serupa untuk libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026.
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa rencana stimulus itu tengah digodok dengan kementerian/lembaga lain di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Menurut perempuan yang akrab disapa Ani itu, rencana pemberian stimulus itu masih dalam tahap pembahasan. Dia berharap keputusannya bisa diumumkan secepatnya jelang akhir tahun ini.
"Semoga bisa diumumkan lebih cepat sehingga masyarakat bisa planning untuk perjalanan pada akhir tahun," ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.