Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2022 mencatatkan deflasi sebesar 0,11 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Secara tahunan inflasi pada periode tersebut mencapai 5,71 persen (year-on-year/yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi bulan sebelumnya sebesar 5,95 persen yoy.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan perkembangan tersebut dipicu oleh harga pangan hortikultura yang melanjutkan tren menurun, sementara rambatan dampak kenaikan BBM terus mengecil.
Secara tahunan, inflasi harga bergejolak atau volatile food tercatat melambat menjadi 7,2 persen yoy dari September yang mencapai 9,02 persen. Secara bulanan mtm, inflasi volatile food mengalami deflasi sebesar 1,49 persen.
“Melimpahnya stok pangan hortikultura mendorong penurunan harga, seperti pada aneka cabai, produk unggas, dan tomat,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (2/11/2022).
Di sisi lain, harga beras mengalami peningkatan dipengaruhi oleh kelangkaan pupuk dan pengaruh cuaca yang mengganggu produksi panen gadu.
Baca Juga
Febrio mengatakan, pemerintah melakukan berbagai langkah mitigasi untuk menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi komoditas pangan agar inflasi pangan tetap terkendali.
Dana Insentif Daerah (DID) yang diberikan kepada pemerintah daerah pun dinilai terbukti efektif mendorong daerah untuk lebih bekerja keras lagi dalam pengendalian inflasi di daerah.
Inflasi inti pada Oktober 2022 tercatat masih melanjutkan tren kenaikan, mencapai 3,3 persen yoy, sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,2 persen yoy.
Kenaikan ini didorong oleh kenaikan inflasi beberapa kelompok pengeluaran seperti perumahan, transportasi, pendidikan, dan jasa penyediaan makanan dan minuman/restoran.
Sementara itu, inflasi administered price tercatat stabil pada 13,3 persen yoy didorong oleh dampak lanjutan penyesuaian harga BBM pada September.
Febrio mengatakan, berbagai upaya terus ditempuh untuk mengendalikan inflasi baik di pusat maupun daerah, terutama untuk meredam dampak rambatan kenaikan BBM. Operasi pasar juga digelar di berbagai daerah untuk menjaga stabilitas harga pangan dengan koordinasi antara Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
“Peran TPIP dan TPID telah berhasil menjaga inflasi volatile food. Kinerja baik ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Ke depan, tekanan inflasi terkait efek musiman khususnya musim penghujan masih harus diwaspadai bersama,” kata Febrio.