Bisnis.com, JAKARTA- Ketua Komite Kereta Cepat Luhut Binsar Pandjaitan mengungkap biaya bengkak proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sebesar US$1,4 miliar. Dia menyebut pembengkakan biaya tersebut sudah diatasi.
Hal itu disampaikannya saat ditemui di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Sabtu (29/10/2022). Luhut mengindikasikan pemerintah telah menuntaskan kewajiban menutup biaya bengkak proyek patungan dengan China itu.
"Saya kira US$1,4 miliar overrun cost sudah bisa diatasi sesuai dengan proporsi dan pinjamannya sudah selesai," terang Luhut.
Untuk diketahui, kewajiban pembayaran cost overrun merupakan tanggung jawab Indonesia dan China sebagai pemilik proyek. Berdasarkan kepemilikan saham pada PT Kereta Cepat Indonesia-China atau KCIC, Indonesia memegang saham sebesar 60 persen dan China 40 persen.
Pembayaran cost overrun, dan keseluruhan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta--Bandung, berasal dari 25 persen ekuitas KCIC dan 75 persen berasal dari pinjaman kepada China Development Bank (CDB).
Adapun jumlah biaya bengkak proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang disampaikan oleh Luhut tersebut juga masih berada di rentang estimasi yang diperkirakan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI.
Baca Juga
Seperti diketahui, KAI merupakan lead consortium dari PT PSBI yang bertindak sebagai pemegang saham Indonesia pada KCIC. KAI mengestimasi besaran cost overrun mencapai US$1,1 miliar hingga US$1,9 miliar.
Ke depan, jalur Kereta Cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142,3 kilometer (km) itu akan dikembangkan hingga Surabaya. Rencana awal, perjalanan Kereta Cepat Jakarta--Surabaya akan melewati Jakarta, Karawang, Bandung, Kertajati, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, Madiun, sampai dengan Surabaya hanya sekitar 4 jam.
Luhut pun menyatakan terbuka apabila ada investor baru yang berminat untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut.
"Mana saja yang bisa menguntungkan. Kalau dari bulan ada dan bagus, kami pakai. Kita juga jangan terlalu tergantung pada sesuatu. Siapa yang berikan tawaran terbaik mau teknologi transfer akan kami prioritaskan. [Investornya siapa] sedang dibicarakan," ujar Luhut.