Bisnis.com, JAKARTA- Kalangan pengusaha meyakini masyarakat akan tetap berhemat meskipun dikucurkan bantuan sosial (bansos) menyusul naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan masyarakat kemungkinan besar masih perlu melakukan penghematan konsumsi karena sejumlah faktor.
"Sebab, efek kenaikan harga bukan hanya terhadap transportasi, tapi juga komponen beban hidup lain, termasuk pangan dan utilitas," kata Shinta kepada Bisnis, Kamis (8/9/2022).
Dengan demikian, lanjutnya, dana bantuan sosial dengan total senilai Rp12,4 triliun yang dibagikan kepada masyarakat dengan gaji Rp3,5 juta per bulan tidak dapat mengompensasi sepenuhnya kenaikan harga BBM.
Saat ini, jelas Shinta, pengusaha sedang melakukan observasi terhadap dua hal terkait dengan efektivitas dana bansos mencakup tingkat inflasi pada September 2022 dan ketepatan distribusi subsidi itu sendiri.
"Saat ini yang bisa diamati hanya dari sisi inflasi. Namun, untuk ketepatan distribusi bansos kami belum tahu karena masih dalam proses awal distribusi," jelasnya.
Baca Juga
Namun, dunia usaha di Tanah Air sejauh ini masih dalam kondisi baik. Hal itu terindikasi dari indeks keyakinan konsumen (IKK) sepanjang Agustus 2022 yang terpantau meningkat.
Berdasarkan survei konsumen yang dirilis oleh Bank Indonesia, indeks keyakinan konsumen (IKK) Agustus mencapai 124,7, lebih tinggi dibandingkan dengan Juli 2022 yang sebesar 123,2.
Namun demikian, kalangan pengusaha tetap meminta pemerintah untuk mengatur prioritas dalam hal pengalokasian anggaran untuk meminimalisir potensi risiko terhadap dunia usaha.
Sebab, kontribusi konsumsi rumah tangga sebagai penyangga utama produk domestik bruto pada kuartal II/2022 terpantau hanya 51,47 persen, turun dari kuartal I/2022 yang mencapai 53,65 persen, maupun kuartal II/2021 sebesar 55,07 persen.