Bisnis.com, JAKARTA - Brasil meluncurkan paket bantuan senilai 30 miliar real atau sekitar Rp89,67 triliun untuk menopang perusahaan yang terdampak tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump.
Melansir Bloomberg pada Kamis (14/8/2025), paket tersebut mencakup kelonggaran waktu pembayaran pajak bagi pelaku usaha yang terkena dampak, serta reformasi menyeluruh terhadap Export Guarantee Fund yang dikelola bank pembangunan nasional BNDES untuk menanggung risiko pembiayaan terkait ekspor.
Langkah tersebut diambil setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent membatalkan pertemuan perdagangan dengan Menteri Keuangan Brasil Fernando Haddad pekan ini. Adapun, negosiasi terkait tarif sebesar 50% yang dikenakan ke Brasil masih berlangsung.
Presiden Luiz Inacio Lula da Silva menegaskan belum menutup kemungkinan membalas kebijakan AS, namun pada Rabu menekankan tidak ingin memperburuk hubungan kedua negara.
"Tim saya tidak takut berhadapan — kalau harus bertarung, kami akan lakukan. Tapi prioritas kami adalah bernegosiasi terlebih dahulu," kata Lula saat memaparkan kebijakan tersebut.
Pemerintah berencana meminta persetujuan Kongres untuk mengeluarkan biaya senilai 9,5 miliar real dari target fiskal, kata Sekretaris Eksekutif Kementerian Keuangan Dario Durigan dalam konferensi pers.
Baca Juga
Dana tersebut meliputi 5 miliar real dari program insentif ekspor dan 4,5 miliar real untuk dana penjaminan bagi eksportir. Pemerintah disebut sudah membicarakan dampak fiskalnya dengan pimpinan parlemen.
Haddad sebelumnya menyatakan upaya bantuan tarif tidak akan melanggar aturan fiskal Brasil. Namun, dia kini berada di bawah tekanan untuk merealisasikan target menghapus defisit anggaran primer — tidak termasuk pembayaran bunga — pada tahun ini.
Ekonom Standard Chartered Bank Dan Pan menilai, meski ukuran paket tidak besar, pengecualian sebagian biaya dari aturan fiskal dapat memicu kekhawatiran kredibilitas fiskal karena ancaman tarif bisa dijadikan alasan untuk memperluas belanja di luar ketentuan.
Bursa saham Brasil, Ibovespa, sempat memperdalam pelemahan usai pengumuman paket ini hingga menyentuh level terendah sesi perdagangan, sebelum akhirnya rebound.
Sebagai bagian dari rencana tersebut, pemerintah juga akan membeli produk dari eksportir yang terkena tarif. Haddad memperkirakan kebijakan itu akan memengaruhi sekitar 4% ekspor Brasil ke AS, mitra dagang terbesar kedua negara tersebut.
"Brasil adalah negara yang justru disanksi karena lebih demokratis daripada pihak yang mengagresinya. Ini situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di dunia," ujar Haddad.
AS memberlakukan tarif 50% terhadap barang-barang Brasil awal bulan ini sebagai bagian dari tekanan politik agar Mahkamah Agung Brasil membatalkan tuduhan percobaan kudeta terhadap mantan Presiden Jair Bolsonaro, sekutu Trump.
Haddad sebelumnya sempat optimistis setelah pemerintahan Trump mengecualikan hampir 700 produk dari kenaikan tarif tersebut.