Bisnis.com, JAKARTA — Kenaikan harga BBM diperkirakan menekan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terutama pada kelas menengah yang menerima bantuan yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kelas bawah.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Agustus 2022 sebesar 124,7, tercatat lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 123,2. Peningkatan IKK tersebut terutama didorong oleh peningkatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap ekonomi ke depan.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyampaikan bahwa IKK secara umum memang terjadi peningkatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Meski demikian, jika ditelisik berdasarkan pengeluaran per kelas, tercatat IKK pada tiga kelompok penghasilan mengalami perlambatan. Sebagai contoh, iKK kelas pengeluaran Rp1 juta hingga Rp2 juta tercatat melambat dan telah berlangsung selama 3 bulan terakhir.
Oleh karena itu, menurut Yusuf perkembangan IKK antar kelas pengeluaran perlu dilihat secara berhati-hati, terutama pada kelompok pengeluaran Rp1 juta hingga Rp2 juta yang mengalami tren penurunan selama 3 bulan terakhir.
Adapun, dengan kondisi saat ini, di mana harga BBM mengalami kenaikan dan berpotensi mendorong peningkatan inflasi, dinilai tidak hanya menekan kelompok masyarakat pendapatan bawah, tetapi juga kelas menengah, yaitu dengan pengeluaran Rp3,1 juta hingga Rp4 juga dengan IKK yang juga tercatat melambat pada Agustus 2022.
Baca Juga
“Kelas yang juga mengalami perlambatan keyakinan konsumen perlu dipertimbangkan untuk juga diberikan bantuan pemerintah. Artinya, kelompok kelas pendapatan bawah berpeluang besar untuk mendapatkan bantuan, tetapi yang tidak boleh juga dilupakan adalah kelas menengah ini,” katanya kepada Bisnis, kamis (8/9/2022).
Bantuan untuk masyarakat kelas menengah tersebut menurutnya penting, terutama juga tujuan utamanya untuk menjaga tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada sisa semester II/2022.
Pasalnya, Yusuf mengatakan dampak dari kenaikan harga BBM akan menekan IKK dan tekanan yang paling besar yaitu pada kelas menengah, yang menerima bantuan yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kelas bawah.
Dia menambahkan, perlu dipertimbangkan juga dampak dari kenaikan harga BBM ke tingkat inflasi. Jika inflasi melonjak sangat tinggi hingga di atas 10 persen, maka pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga dan keempat akan tertekan.
Untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi ini, Yusuf mengatakan bahwa pemerintah perlu memastikan bantuan tersalurkan secara tepat dan menahan agar komoditas lain tidak mengalami peningkatan harga akibat faktor di luar harga BBM, misalnya pada distribusi barang.
“Pemerintah juga perlu membuka peluang untuk menambah bantuan jika dinilai kenaikan inflasi melebihi ekspektasi target pemerintah,” kata dia.