Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh! Kenaikan Suku Bunga The Fed Bakal Bawa Lebih Banyak Tekanan Ekonomi, Ini Alasannya

Pengetatan kebijakan moneter The Fed diperkirakan akan mendorong tingkat pengangguran lebih tinggi sebelum target inflasi 2 persen tercapai.
Gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Mingg (10/4/2022). Bloomberg/ Tom Brenner
Gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Mingg (10/4/2022). Bloomberg/ Tom Brenner

Bisnis.com, JAKARTA – Upaya bank sentral AS Federal Reserve untuk mengendalikan inflasi diperkirakan akan menyebabkan lebih banyak tekanan bagi ekonomi Negeri Paman Sam dan dunia daripada yang diperkirakan.

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (9/8/2022), laporan yang disusun oleh profesor Universitas Johns Hopkins dan ekonom IMF Daniel Leigh dan Prachi Mishra mengatakan kebijakan Gubernur The Fed Jerome Powell dan pejabat lainnya diperkirakan akan mendorong tingkat pengangguran lebih tinggi sebelum target inflasi 2 persen tercapai.

Laporan yang disiapkan untuk konferensi Brookings Papers on Economic Activity di Brookings Institution pada 8-9 September ini memaparkan, meskipun kemungkinan soft landing di ekonomi AS masih mungkin terjadi, kemungkinannya sangat kecil.

"Perkiraan pejabat Fed bahwa inflasi akan kembali ke target sementara pengangguran hampir tidak naik di atas 4 persen masih masuk akal hanya jika di bawah asumsi yang cukup optimis," kata mereka.

Dalam laporan terpisah, mantan kepala ekonom IMF Maurice Obstfeld dan Haonan Zhou dari Universitas Princeton melihat bagi banyak pasar negara emerging market dan ekonomi berkembang berisiko terhadap penguatan dolar AS dan kenaikan suku bunga acuan the Fed.

Negara-negara tersebut sangat rentan karena penumpukan utang oleh sektor publik dan bisnis selama pandemi, yang sebagian besar berdenominasi dolar AS.

"Sinyal bahaya sudah berkedip. Fase kontraksi di siklus keuangan global sekarang sedang berlangsung," papar keduanya.

Mereka melanjutkan, risiko lain membayangi jika The Fed gagal mengatasi inflasi. Hal ini akan mengganggu ekonomi global dalam jangka panjang dan dapat mengikis peran dolar AS sebagai mata uang cadangan utama dunia.

Adapun Ball dan rekannya mengaitkan sebagian dari lonjakan inflasi dengan Rencana Penyelamatan Amerika senilai US$1,9 triliun yang digagas Presiden Joe Biden. Menurutnya, kebijakan ini berkontribusi pada pengetatan pasar tenaga kerja. Faktor lain termasuk guncangan rantai pasokan dan kenaikan harga energi.

Powell dan pejabat the Fed lainnya diperkirakan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut pada akhir bulan ini karena mereka berusaha mengendalikan inflasi yang tinggi tanpa menyeret ekonomi ke dalam resesi.

Mereka memperkirakan inflasi turun menjadi 2,2 persen pada akhir 2024, dari 6,3 persen dari Juli pada tahun yang sama, sementara pengangguran diperkirakan naik menjadi 4,1 persen dari 3,7 persen saat ini. The Fed akan memperbarui perkiraan tersebut pada pertemuan FOMC 20-21 September mendatang.

“Mengurangi inflasi kemungkinan akan membutuhkan tingkat pengangguran yang lebih tinggi daripada yang diantisipasi the Fed,” kata Ball.

Brookings Papers on Economic Activity adalah konferensi para akademisi terkemuka di Washington yang diadakan tiap enam bulan. Banyak peraih Nobel telah berkontribusi dalam konferensi ini sejak dimulai pada tahun 1970.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper