Bisnis.com, JAKARTA – Institusi finansial global Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan kawasan eropa akan mengalami kontraksi ekonomi yang mengarah ke resesi pada paruh kedua tahun 2022.
Tim analis Goldman yang dipimpin Jari Stehn memprediksi resesi akan berlangsung hingga akhir tahun. Kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1 persen diperkirakan terjadi pada kuartal III dan 0,2 persen pada kuartal IV/2022.
“Perekonomian akan kembali pulih pada tahun 2023,” ungkap tim analis Goldman, seperti dilansir Bloomberg, Rabu (27/7/2022).
Alasan penurunan ini termasuk gangguan pasokan energi dari Rusia, berakhirnya pemulihan pascapandemi di sektor jasa, momentum global yang lebih lemah, dan turbulensi politik di Italia yang dapat menunda pencairan bantuan Uni Eropa.
“Di beberapa negara, kami memperkirakan Jerman dan Italia mengalami resesi yang jelas di paruh kedua, sementara Spanyol dan Prancis masih terus tumbuh,” kata para ekonom.
Goldman mengatakan risiko lebih condong ke arah resesi yang lebih tajam jika terjadi gangguan aliran gas yang bahkan lebih parah, periode baru tekanan kedaulatan, atau resesi AS.
Baca Juga
Sementara it, analis Goldman juga memperkirakan bank sentral AS Federal Reserve akan tetap bersikap hawkish hingga inflasi dapat terkendali.
Tim analis Goldman yang dipimpin Cecilia Mariotti mengatakan ekspektasi investor cenderung lebih optimistis bahwa bank sentral bersikap lebih dovish, setelah pada siklus sebelumnya The Fed mengubah arah dalam menanggapi perlambatan ekonomi.
“Tapi kali ini, pasar mungkin meremehkan risiko tekanan inflasi yang berkelanjutan, yang mungkin membuat bank sentral kehilangan pilihan kebijakan," ungkap tim analis.
Investor akan mendapatkan petunjuk pertama seputar pendapat bank sentral tentang kesehatan ekonomi dan kenaikan suku bunga di masa depan pada hari Rabu (27/7/2022), saat The Fed mengumumkan keputusan kebijakan terbarunya.
Para ekonom memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi kali ini.