Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang FOMC Meeting, Analis Goldman Proyeksi The Fed Bakal Terus Hawkish

Proyeksi ini diungkapkan ketika ekspektasi investor cenderung lebih optimistis bahwa bank sentral bersikap lebih dovish.
Suasana gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Mingg (10/4/2022). Bloomberg/ Tom Brenner
Suasana gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Mingg (10/4/2022). Bloomberg/ Tom Brenner

Bisnis.com, JAKARTA – Analis Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan bank sentral AS Federal Reserve akan tetap bersikap hawkish hingga inflasi dapat terkendali.  Hal ini diungkapkan jelang Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung 26-27 Juli 2022.  

Dilansir Bloomberg, tim analis Goldman yang dipimpin Cecilia Mariotti mengatakan ekspektasi investor cenderung lebih optimistis bahwa bank sentral bersikap lebih dovish, setelah pada siklus sebelumnya The Fed mengubah arah dalam menanggapi perlambatan ekonomi.

“Tapi kali ini, pasar mungkin meremehkan risiko tekanan inflasi yang berkelanjutan, yang mungkin membuat bank sentral kehilangan pilihan kebijakan," ungkap tim analis Goldman seperti dilansir Bloomberg, Selasa (26/7/2022).

Pendapat analis Goldman ini sejalan dengan Michael J. Wilson dari Morgan Stanley, yang juga mengatakan bahwa terlalu dini untuk mengharapkan The Fed berhenti menaikkan suku bunga bahkan ketika kekhawatiran resesi terus tumbuh.

Analis JPMorgan Chase & Co., di sisi lain, mengatakan ekspektasi bahwa inflasi telah mencapai puncaknya dan The Fed cenderung memprioritaskan pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun ini.

Investor akan mendapatkan petunjuk pertama seputar pendapat bank sentral tentang kesehatan ekonomi dan kenaikan suku bunga di masa depan pada hari Rabu (27/7/2022), saat The Fed mengumumkan keputusan kebijakan terbarunya.

Para ekonom memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi kali ini.

Pasar saham telah menguat sepanjang Juli setelah indeks S&P 500 mencatat paruh pertama terburuk sejak 1970, karena ekspektasi bahwa banyak sentimen negatif mengenai pendapatan perusahaan serta perlambatan ekonomi makro sudah diantisipasi pasar.

Namun, anali Goldman memperingatkan bahwa reli penguatan ini tidak akan berlangsung lama.

“Pada tahap ini, kami akan berhati-hati dalam menyerukan pergeseran yang mendukung siklus berkelanjutan di seluruh aset. Revisi pendapatan mungkin berubah lebih negatif baik di AS dan Eropa,” ungkap Goldman.

Analis Morgan Stanley dan Sanford C. Bernstein juga melihat risiko terhadap saham Eropa dari penurunan pendapatan. Sarah McCarthy dan Mark Diver dari Bernstein memperingatkan bahwa saham regional bisa anjlok sebanyak 21 persen tergantung seberapa besar perusahaan memangkas proyeksi..


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper