Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras dalam negeri akan melimpah dan mencapai sekitar 28,24 juta ton hingga September 2025.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan potensi produksi beras yang mencapai 28,24 juta ton sepanjang Januari—September 2025 itu mengacu pada hasil amatan survei kerangka sampel area (KSA) Juni 2025.
Pudji merincikan, angka sementara produksi beras pada Januari—Juni 2025 diperkirakan mencapai 19,16 juta ton. Produksinya naik 13,53% dibandingkan periode yang sama 2024 sebanyak 16,88 juta ton beras.
Sementara itu, potensi produksi beras sepanjang Juli—September 2025 diperkirakan mencapai 9,08 juta ton. Angkanya naik 0,91 juta ton beras atau 11,17% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 8,17 juta ton beras.
Dengan demikian, produksi beras diperkirakan akan mencapai 28,24 juta ton sepanjang Januari—September 2025.
Namun demikian, Pudji mengingatkan bahwa angka sementara dan potensi produksi beras bisa berubah sesuai kondisi terkini luas panen dan produktivitas hasil amatan lapangan.
Baca Juga
“Selaras dengan produksi padi, angka sementara dan angka potensi produksi beras ini juga dapat berubah sesuai dengan kondisi terkini luas panen dan produktivitas hasil amatan lapangannya,” kata Pudji dalam Rilis BPS, Jumat (1/8/2025).
Di sisi lain, angka sementara produksi padi sepanjang Januari—Juni 2025 diperkirakan mencapai 33,26 juta ton gabah kering giling (GKG). Angkanya naik 13,52% dibandingkan periode yang sama tahun 2024 atau 29,3 juta ton GKG.
Sementara itu, potensi produksi padi sepanjang Juli hingga September 2025 diperkirakan sebesar 15,76 juta ton GKG atau naik 11,21% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 14,17 juta ton GKG.
Adapun, potensi produksi padi ini juga tergantung pada luas panen yang terjadi hingga September mendatang. Di mana, BPS memperkirakan luas panen padi sepanjang Januari—Juni 2025 mencapai 6,26 juta hektare atau naik 12,71% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024 sebesar 5,55 juta hektare.
“Sementara itu, potensi luas panen padi pada 3 bulan setelahnya, yaitu Juli—September 2025 diperkirakan akan mencapai 3,07 juta hektare atau meningkat sebesar 11,33% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024,” terangnya.
Namun demikian, sambung Pudji, angka ini masih dapat berubah sesuai dengan kondisi pertanaman padi, hasil amatan lapangan pada periode Juli—September 2025.
“Karena bisa jadi terjadi beberapa serangan hama atau organisme pengganggu tanaman atau kita kenal sebagai OPT. Kemudian bisa juga terjadi kejadian banjir, kekeringan, dan juga waktu pelaksanaan panen oleh petani,” jelasnya.
Jika ditinjau menurut sebaran lokasi, sepanjang Juli—September 2025, potensi panen padi sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Jawa. Rinciannya, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Kemudian di Pulau Sumatra antara lain terjadi di Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Lampung, dan Aceh. Sedangkan di Pulau Sulawesi, yakni di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Selatan.