Bisnis.com, JAKARTA – Bank Sentral AS diperkirakan mengumumkan kenaikan suku bunga acuan pada akhir pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) hari ini, Rabu (27/7/2022).
Menjelang pengumuman, tim analis Goldman Sachs Group Inc. Cecilia Mariotti memperkirakan bank sentral AS Federal Reserve akan tetap bersikap hawkish hingga inflasi dapat terkendali.
Goldman mengatakan sebelumnya ekspektasi investor cenderung lebih optimistis bahwa bank sentral bersikap lebih dovish, setelah pada siklus sebelumnya The Fed mengubah arah dalam menanggapi perlambatan ekonomi.
“Tapi kali ini, pasar mungkin meremehkan risiko tekanan inflasi yang berkelanjutan, yang mungkin membuat bank sentral kehilangan pilihan kebijakan," ungkap tim analis Goldman seperti dilansir Bloomberg, Selasa (26/7/2022).
Pendapat analis Goldman ini sejalan dengan Michael J. Wilson dari Morgan Stanley, yang juga mengatakan bahwa terlalu dini untuk mengharapkan The Fed berhenti menaikkan suku bunga bahkan ketika kekhawatiran resesi terus tumbuh.
Analis JPMorgan Chase & Co., di sisi lain, mengatakan ekspektasi bahwa inflasi telah mencapai puncaknya dan The Fed cenderung memprioritaskan pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun ini.
Baca Juga
Investor akan mendapatkan petunjuk pertama seputar pendapat bank sentral tentang kesehatan ekonomi dan kenaikan suku bunga di masa depan pada hari Rabu (27/7/2022), saat The Fed mengumumkan keputusan kebijakan terbarunya.
Para ekonom memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi kali ini.
Pasar saham telah menguat sepanjang Juli setelah indeks S&P 500 mencatat paruh pertama terburuk sejak 1970, karena ekspektasi bahwa banyak sentimen negatif mengenai pendapatan perusahaan serta perlambatan ekonomi makro sudah diantisipasi pasar.
Namun, anali Goldman memperingatkan bahwa reli penguatan ini tidak akan berlangsung lama.
“Pada tahap ini, kami akan berhati-hati dalam menyerukan pergeseran yang mendukung siklus berkelanjutan di seluruh aset. Revisi pendapatan mungkin berubah lebih negatif baik di AS dan Eropa,” ungkap Goldman.
Analis Morgan Stanley dan Sanford C. Bernstein juga melihat risiko terhadap saham Eropa dari penurunan pendapatan. Sarah McCarthy dan Mark Diver dari Bernstein memperingatkan bahwa saham regional bisa anjlok sebanyak 21 persen tergantung seberapa besar perusahaan memangkas proyeksi..