Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gawat! Ini Alasan Dunia Waswas Terhadap Krisis Properti China

Sektor properti China terus mengalami tekanan. Bagaimana krisis di sektor ini dapat memengaruhi ekonomi dunia? Simak penjelasannya.
Kantor Evergrande di Beijing, China/Bloomberg
Kantor Evergrande di Beijing, China/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Sektor properti China terus mengalami pukulan beruntun. Tidak hanya dari krisis utang China Evergrande Group, kini sektor ini dilanda boikot massal pembeli rumah yang mengancam berhenti melakukan pembayaran KPR pada unit dalam proyek yang belum selesai.

Melansir dari Channel News Asia pada Senin (25/7/2022), aksi boikot tersebut terjadi di saat banyak pengembang properti sedang berjuang untuk mengelola tumpukan utang, dan kekhawatiran krisis dapat menyebar ke seluruh China serta ekonomi global.

Lantas, mengapa krisis properti di China menjadi perhatian dunia?

China merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, sehingga ada hubungan perdagangan dan keuangan global yang mendalam. Jika krisis properti menyebar ke sistem keuangan China, maka guncangan akan terasa jauh melampaui perbatasannya.

“Jika kasus default meningkat, mungkin ada implikasi ekonomi dan sosial yang luas dan serius,” tulis Fitch Ratings dalam sebuah catatan pada Senin (18/7/2022).

Ini menggemakan peringatan oleh The Federal Reserve atau The Fed AS, yang mengatakan pada Mei bahwa meskipun China telah berhasil menahan dampak sejauh ini, tetapi krisis properti yang memburuk dapat berdampak pada sistem keuangan negara juga.

“Krisis dapat menyebar dan berdampak pada perdagangan global dan sentimen risiko,” kata The Fed dalam Laporan Stabilitas Keuangan Mei 2022.

Sektor properti dapat mendorong krisis karena disaat pengembang properti berkembang, harga perumahan juga melonjak.

Pemerintah Negeri Panda ini semakin dibuat risau di saat sudah merasa khawatir dengan risiko yang ditimbulkan oleh pengembang yang memiliki paparan yang tinggi terhadap utang.

Penyebab Krisis Properti China

Pemerintah China meluncurkan tindakan keras tahun lalu, dengan bank sentral membatasi proporsi pinjaman properti terhadap total pinjaman oleh bank guna membatasi ancaman terhadap seluruh sistem keuangan.

Dengan demikian, dapat menekan sumber pembiayaan bagi pengembang yang sudah berjuang untuk menangani utangnya.

Gelombang default terjadi, terutama oleh pengembang terbesar China, Evergrande, yang tenggelam dalam kewajiban utang lebih dari US$300 miliar.

Selain pembatasan regulasi, perusahaan properti China juga terkena krisis Covid-19. Ketidakpastian ekonomi memaksa banyak calon pembeli rumah untuk memikirkan kembali rencana pembelian mereka.

Diketahui, sektor properti dan industri diperkirakan memberi kontribusi sebanyak seperempat dari Produk Domestik Bruto (PDB) China.

Sektor ini berkembang pesat setelah reformasi pasar pada 1998. Ada ledakan konstruksi yang menakjubkan di belakang permintaan dari kelas menengah yang tumbuh dengan melihat properti sebagai aset keluarga utama dan simbol status.

Keuntungan itu didorong oleh akses mudah ke pinjaman, dengan bank bersedia meminjamkan sebanyak mungkin baik untuk pengembang dan pembeli.

Porsi kredit KPR mencapai nyaris 20 persen total pinjaman yang beredar di seluruh sistem perbankan China.

Banyak perkembangan bergantung pada “pra-penjualan,” dengan pembeli membayar KPR pada unit dalam proyek yang belum dibangun. Rumah yang belum selesai di China mencapai 225 juta meter persegi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper