Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Perdagangan April 2024 Diproyeksi Jaga Tren Surplus 48 Bulan Beruntun, Tersulut Ekspor

Tren neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 diproyeksikan mampu mempertahankan laju tren surplus untuk ke-48 bulan secara beruntun.
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia. Foto udara suasana di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2022). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia. Foto udara suasana di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2022). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 diperkirakan akan melanjutkan tren surplus untuk ke-48 bulan secara beruntun.

Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Banjaran Surya Indrastomo memperkirakan surplus neraca perdagangan pada April 2024 mencapai US$3,15 miliar, meski lebih rendah dibandingkan dengan capaian surplus pada Maret 2024. 

“Surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 diperkirakan sebesar US$3,15 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan capaian surplus pada bulan sebelumnya yang sebesar US$4,47 miliar,” katanya kepada Bisnis, Selasa (14/5/2024). 

Banjaran memperkirakan kinerja ekspor Indonesia pada April 2024 kembali tumbuh positif pada kisaran 6%, setelah bulan sebelumnya terkontraksi sebesar -4,19%. 

Di sisi lain, kinerja impor pada periode yang sama diperkirakan tumbuh sebesar 9,37%, lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan ekspor. Kenaikan kinerja impor menurut Banjaran terutama dipengaruhi oleh kembali normalnya aktivitas produksi pasca Idulfitri.

“Kenaikan impor yang lebih tinggi sebesar 9,37%, menyebabkan surplus neraca perdagangan lebih rendah,” jelas Banjaran.

Pada kesempatan berbeda, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky juga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada April 2024 akan tercatat lebih rendah.

“Terkait neraca perdagangan kita menduga akan turun sedikit, akan berada di kisaran US$3,5 miliar hingga US$4 miliar,” katanya.

Menurutnya,surplus yang menyusut terutama dipengaruhi oleh ketidakpastian perekonomian di global, juga hari kerja yang lebih pendek di dalam negeri karena adanya libur Lebaran.

Lebih lanjut, Riefky mengatakan penyusutan surplus juga akan dipengaruhi oleh penurunan nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan impor.

“Salah satunya dipengaruhi oleh periode April 2024 yang terpotong dengan Lebaran sehingga aktivitas produksi kita relatif lebih pendek hari produksinya dibanding bulan sebelumnya,” jelas Riefky.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper