Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid menyatakan ada sejumlah faktor yang menyebabkan harga cabai belakangan ini mengalami kenaikan. Di antaranya berkurangnya jumlah petani hingga mencapai 70 persen dan memburuknya kondisi tanah.
“70 persen petani cabai berkurang menurut catatan kita karena selama pandemi harganya anjlok ya. Mereka tetap bertani tapi bukan cabai. Mereka menanam timun, ubi atau sayuran lain yang lebih baik harganya waktu itu,” kata Abdul Hamid kepada Bisnis, Senin (4/7/2022).
Abdul mengatakan selain dipengaruhi faktor cuaca yang tidak menentu, tanah untuk menanam cabai juga berkurang produktivitasnya. Hal itu disebabkan penggunaan pupuk kimia yang berlebih selama bertahun-tahun.
“Selama ini kan untuk panennya bagus digenjot terus pake pupuk kimia. Dalam jangka Panjang jadi kurang bagus justru. Harusnya diimbangi juga dengan pupuk organik,” ujarnya.
Dengan kondisi tanah yang seperti itu, Abdul menjelaskan bahwa saat ini rata-rata panen petani hanya 4 kali. Padahal biasanya bisa sampai 10 kali. Selain itu, kata dia, petani pun harus tiap hari melakukan penyemprotan untuk menghasilkan panen yang maksimal.
“Biasanya kan seminggu sekali, dua kali. Belum lagi pupuk, pestisida naik juga. Jadi, wajar cabai naik,” jelasnya.
Menurut Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, Minggu (3/7/2022), harga cabai rawit merah menembus Rp94.000 per kilogram (kg) atau naik 0,97 persen dibanding minggu lalu yaitu Rp93.100 per kg.
Kemudian, harga cabai merah besar Rp70.800 naik 3,22 persen dibanding minggu lalu dan harga cabai merah keriting Rp74.10 per kg atau naik 2,07 persen.
Meski demikian, harga cabai rawit yang sebelumnya sempat tembus Rp120.000 per kilogram di pasaran, kini perlahan turun. Masing-masing harga cabai rawit hijau dan merah turun Rp7.250 dan Rp4.100 per kilogram. Dengan demikian, hari ini harga cabai rawit hijau Rp62.900 per kg dan cabai rawit merah Rp90.700 per kg. Padahal, harga cabai normalnya di kisaran Rp30.000-40.000 per kilogram.
Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memastikan ketersediaan cabai mencukupi kebutuhan nasional, sehingga harga cabai yang sebelumnya melonjak akibat terbatasnya pasokan diharapkan bisa segera turun.
Pada kunjungannya di Sumedang sekaligus melakukan panen raya cabai, Sabtu (2/7/2022), dia sampaikan bahwa produksi cabai besar nasional pada bulan Juni sebesar 78.040 ton dan cabai rawit 1.723 ton.
Sementara itu, kebutuhan untuk cabai besar diperkirakan 76.317 ton sehingga neraca cabai besar surplus 1.723 ton. Hal yang sama juga terjadi pada cabai keriting, ada surplus 1.403 ton karena kebutuhan nasional bulan Juni diperkirakan 72.159 ton.
"Memang ada dinamika harga menjelang hari raya Iduladha. Dan ini adalah momentum yang terjadi setiap tahun, Idulfitri, Iduladha, Natal dan tahun baru. Tapi kami hadir di sini, bersama Pak Bupati dan jajaran lainnya untuk memastikan bahwa cabai tersedia cukup," kata Syahrul pada keterangan resmi Kementan, Minggu (3/7/2022).