Bisnis.com, JAKARTA — Keseriusan PT Pertamina (Persero) dalam mencapai target produksi siap jual atau lifting sangat dinantikan. Dengan kontribusi yang paling besar, pencapaian target oleh Pertamina group akan sangat berpengaruh terhadap target lifting secara nasional.
Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Julius Wiratno mengatakan sampai dengan 17 Januari 2022, produksi Pertamina group berkontribusi sebesar 55 persen terhadap lifting minyak nasional, dan berkontribusi 32 persen terhadap lifting gas nasional.
Dia memaparkan, produksi minyak Pertamina group mencapai 351.536 barel minyak per hari, sedangkan produksi gas buminya mencapai 2.179 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).
"Data Pertamina group tersebut terdiri atas Pertamina EP, Pertamina Hulu Rokan, PHE ONWJ, Pertamina Hulu Indonesia, dan JOB," ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.
Adapun, sepanjang 2021, SKK Migas mencatat kinerja Pertamina group masih banyak yang tidak mencapai target yang telah dipatok berdasarkan persetujuan APBN 2021.
Kontraktor Pertamina group yang tidak mencapai target lifting minyak di antaranya adalah PT Pertamina Hulu Rokan yang hanya mencapai 160.747 barel minyak per hari atau 97,4 persen dari target 2021 sebesar 165.000 bopd, PT Pertamina EP dengan realisasi 71.421 bopd atau 84 persen dari target 2021 85.000 bopd, Pertamina Hulu Energi ONWJ Ltd yang mencatatkan realisasi 27.138 bopd atau 96,9 persen dari target 28.000 bopd sepanjang 2021.
Baca Juga
Lebih lanjut, PT Pertamina Hulu Energi OSES yang mencatatkan realisasi lifting minyak 24.346 bopd atau 90,2 persen dari target sebesar 27.000 bopd, PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur dengan realisasi lifting 9.294 bopd atau 88,5 persen dari target 10.500 bopd, dan BOB PT Bumi Siak Pusako-Pertamina yang mencatatkan realisasi 8.538 bopd atau hanya 94,9 persen dari target sebesar 9.000 bopd.
Sementara itu, untuk capaian lifting gas bumi, dari 15 kontraktor besar terdapat 5 kontraktor yang tidak mencapai target yang 2 di antaranya berasal dari Pertamina group yakni PT Pertamina EP dengan realisasi lifting gas bumi sebesar 680 MMscfd atau 97,1 persen dari target 700 MMscfd, dan PT PHE Jambi Merang dengan realisasi 92 MMscfd atau 96,5 persen dari target 95 MMscfd.
Julius mengungkapkan, rapor merah yang dicatatkan Pertamina disebabkan oleh faktor internal setelah adanya perubahan struktur organisasi pascapembentukan Subholding Upstream. Hal tersebut mempengaruhi cara kerja Pertamina yang masih membutuhkan penyelarasan-penyelarasan.
"Sudah beberapa kali diberikan peringatan, ada perbaikan-perbaikan, tetapi belum bisa meningkatkan produksi," ungkapnya.
Julius mengungkapkan, masalah terbesar yang ditimbulkan setelah pembentukan Subholding Upstream adalah penyelerasan organisasi yang khususnya menangani formalitas perizinan dan pembebasan lahan.
Untuk tahun ini, SKK Migas masih fokus pada penguatan Pertamina sembari tetap memacu peran swasta untuk bisa memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian produksi nasional.
"Kita lebih intense untuk fasilitasi dan koordinasi dengan Pertamina dan bentuk task force untuk formalitas perizinan," kata Julius.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tutuka Ariadji mengatakan 2022 merupakan periode yang kritikal untuk sektor hulu migas. Pasalnya, pada tahun ini telah ditetapkan rencana untuk bisa meningkatkan produksi agar tidak ada lagi penurunan produksi.
Tutuka mengatakan pihaknya telah menargetkan dan mengupayakannya dengan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dan utamanya adalah Pertamina untuk tidak lagi mengalami penurunan produksi, namun diharapkan dapat meningkatkan produksinya.
Pekerja PT Pertamina Hulu Rokan melakukan perawatan sumur di Rig ATS 2517 di Duri Steam Flood (DSF) Field Duri, Blok Rokan, Bengkalis, Riau, Rabu (22/12/2021). /Antara Foto-Nova Wahyudi
Menurut dia, Pertamina memiliki sejumlah lapangan potensial yang dapat dikembangkan untuk peningkatan produksi tahun ini melalui Blok Rokan dengan kegiatan pengeborannya yang ditargetkan sebanyak 500 sumur tahun ini dan juga dari Blok ONWJ yang diharapkan tidak lagi mengalami unplanned shutdown agar tidak mengalami penurunan produksi lagi.
"Kita tahu banyak memiliki potensi terutama tentunya di Rokan kita targetkan sampai 500 sumur, jadi perlu mobilitas yang cepat, tantangannya adalah logistik yang cukup kompleks. Kemudian juga beberapa tempat lain di Pertamina di ONWJ tidak terus turun karena permasalahan unplanned shutdown kita tanggulangi," ujar Tutuka.
Tutuka mengatakan, Pertamina juga diharapkan untuk bisa mengerjasamakan lapangan-lapangan migas yang dinilai tidak kompetitif atau tidak dikembangkan kepada pihak-pihak yang dapat menggarap potensi itu lebih serius.
Dia mengungkapkan, pemerintah telah memberikan kemudahan agar Pertamina dapat mengalihkan pengelolaan lapangan-lapangan untuk dikerjasamakan dengan perusahaan lain melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 21 Tahun 2021. Selain itu, Tutuka mengatakan Pertamina didorong untuk bisa memberikan skema bisnis yang lebih menarik sehingga kerja sama operasi dapat tumbuh dan berkontribusi tidak hanya dari sisi produksi tapi juga dari pengembangan teknologi karena risikonya yang lebih kecil.
"Perlu kita melihat lapangan-lapangan yang tidak dikembangkan jadi kita menawarkan kalau memang tidak dikembangkan kemudian ditawarkan kepada pihak-pihak yang serius mempunyai kemampuan dan finansial untuk turut serta membantu peningkatan produksi," jelasnya.
Sementara itu, Subholding Upstream Pertamina Hulu Energi menyatakan kondisi pandemi Covid-19 dan penurunan produksi secara alamiah membuat sejumlah wilayah kerja (WK) yang dioperatori oleh perusahaan pelat merah itu tidak dapat mencapai targetnya sepanjang 2021.
Sekretaris Perusahaan Pertamina Hulu Energi Arya Dwi Paramita menuturkan pihaknya terus melakukan mitigasi yang diperlukan dengan melakukan operational excellence agar dapat berkinerja unggul untuk mendukung ketahanan energi nasional dan berkontribusi optimal dalam pencapaian target produksi nasional 1 Juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD).
"Kondisi pandemi, tingkat penurunan produksi alamiah, serta tantangan operasional yang semakin kompleks menjadi tantangan tersendiri terhadap kinerja produksi dan lifting migas secara keseluruhan di setiap lapangan," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (19/1/2022).
Namun, untuk WK Mahakam dan Sangasanga yang mencapai tingkat produksi melebihi target yang ditetapkan pada tahun lalu disebut telah terbantu dengan adanya paket insentif yang diberikan pemerintah dan juga pengintegrasian antar WK tersebut.
Dia menjelaskan di WK Mahakam dilaksanakan program optimasi well intervention locomotive-8, yang telah mampu menjaga level produksi minyak dan gas Blok Mahakam sesuai target perusahaan dengan biaya operasi yang lebih rendah melalui metode leaning, redesign dan kolaborasi, serta kinerja keselamatan yang tinggi.
Di samping itu, upaya lainnya adalah implementasi borderless operation juga menjadi salah satu faktor positif bagi WK Mahakam & Sangasanga yang wilayahnya berdekatan. Dengan demikian, pengembangan dan integrasi antar WK di seluruh Kalimantan Timur dapat meningkatkan potensi cadangan yang dapat diproduksikan.
"Selain itu, persetujuan insentif oleh pemerintah juga turut mendorong investasi yang lebih besar yang diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi migas di WK tersebut," jelasnya.
Dengan pengelolaan WK Migas yang sangat besar dan sejumlah kemudahan yang diberikan pemerintah, harapan besar kini harus ditanggung Pertamina. Dengan tidak tercapainya target-target pada tahun lalu, sudah menjadi hal yang wajar bagi pemerintah untuk menagih keseriusan Pertamina pada tahun ini.