Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan pedagang mengeluhkan soal minimnya intervensi pemerintah dalam stabilitas harga pada sejumlah komoditas pangan, meski mayoritas bahan kebutuhan pokok menunjukkan pasokan dan harga yang stabil.
Sekretaris Jenderal Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkopas) Ngadiran mengatakan, pemerintah kurang berhasil mengantisipasi harga tinggi pada minyak goreng dan telur ayam ras. Dia menilai, lonjakan harga kedua komoditas tersebut seharusnya bisa dicegah melalui instrumen kebijakan.
“Pemerintah selalu menyebutkan minyak goreng tinggi karena harga CPO. Namun, kita punya produksi jutaan ton. Kenapa untuk kebutuhan di dalam negeri tidak dibuat mekanisme harga khusus saja?” kata Ngadiran, Minggu (26/12/2021).
Dia berpendapat, penyediaan minyak goreng harga khusus di dalam negeri amat dimungkinkan, mengingat sebagian besar produk minyak sawit dipasarkan ke luar negeri. Menurutnya, para produsen dan eksportir tetap bisa menikmati keuntungan dari harga tinggi volume yang ekspor.
“Minyak goreng naik luar biasa sejak pertengahan tahun dan korbannya usaha kecil,” tambahnya.
Ngadiran turut menyayangkan kebijakan alokasi minyak goreng murah sebanyak 11 juta liter seharga Rp14.000 per liter yang hanya didistribusikan melalui ritel modern. Kebijakan itu dinilainya bakal membuat konsumen meninggalkan pasar tradisional untuk berbelanja.
Baca Juga
Selain minyak goreng, harga telur yang merangkak naik di sebagian besar pasar tradisional tak luput dari perhatian Ngadiran. Komoditas tersebut, ujar dia, bisa dikendalikan pasokan dan harganya lewat kalkulasi permintaan dan potensi produksi yang tepat.
Namun, Ngadiran tidak memungkiri bahwa harga dan pasokan sebagian besar komoditas dalam kondisi terkendali. Dia mencatat harga gula pasir stabil di kisaran Rp12.500 sampai dengan Rp13.000 per kilogram sepanjang tahun, begitu pula harga beras.
“Untuk bawang putih yang kerap bermasalah juga aman, saya kira karena tidak ada permainan pengendalian pasokan di importir,” kata dia.