Bisnis.com, JAKARTA – Harga dan Pasokan sejumlah komoditas pangan masih diwarnai ketidakpastian. Kondisi iklim dan pergerakan komponen produksi menjadi faktor utama penentu harga.
Ketua Bidang Layer Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Leopold Halim menyebutkan, peternak ayam petelur telah merasakan rugi setidaknya selama 8 bulan sepanjang 2021.
Harga mulai membaik pada pengujung tahun ini seiring dengan membaiknya permintaan. Namun, biaya produksi dirasa masih terlalu tinggi.
“Sekarang biaya produksi sudah mencapai Rp21.000 sampai dengan Rp22.000 per kilogram telur, tetapi peternak tetap merugi karena harga pakan tinggi,” kata Leopold, Minggu (26/12/2021).
Dia menjelaskan, harga pakan stabil tinggi di atas Rp5.000 per kilogram sejak Agustus 2021. Biaya produksi yang tinggi tersebut pun tidak serta-merta bisa dikompensasi dengan kondisi permintaan pasar saat ini.
Di sisi lain, Leopold mengatakan, alokasi jagung pakan murah dari Perum Bulog hanya menyasar sebagian peternak rakyat di beberapa wilayah.
Baca Juga
“Kebijakan yang ada sekarang belum bisa menyelesaikan masalah. Kami belum tahu ke depan bagaimana. Sepertinya harga pakan akan terus tinggi,” kata dia.
Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid mengutarakan hal serupa. Dia mengatakan, curah hujan tinggi akibat fenomena La Nina memicu produksi yang kurang baik untuk cabai merah.
Hal tersebut memicu harga di tingkat produsen merangkak mencapai Rp45.000 per kilogram dan Rp90.000 per kilogram di konsumen.
“Sebenarnya Januari sudah ada daerah yang panen, tetapi tidak tahu apa akan baik atau tidak, karena tergantung cuaca akan seperti apa,” kata dia.
Pemantauan di 20 pasar induk oleh Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa pasokan cabai-cabaian saat ini berkisar di angka 352,14 ton per hari, atau 8,77 persen lebih rendah dari pasokan normal. Dalam situasi normal, pasokan harian cabai-cabaian bisa mencapai 386 ton per hari.