Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Ritel Diperkirakan Naik Sampai Februari 2022, Kemendag Hanya Intervensi Bapokting

Kementerian Perdagangan melihat adanya potensi kenaikan harga barang sampai Februari 2022 jika merujuk pada survei Bank Indonesia. Intervensi harga produk eceran hanya akan menyasar pada barang kebutuhan pokok dan penting (bapokting).
Warga berbelanja kebutuhan pangan dan rumah tangga di salah satu supermarket di Cimahi, Jawa Barat, Minggu (19/4/2020). Bisnis/Rachman
Warga berbelanja kebutuhan pangan dan rumah tangga di salah satu supermarket di Cimahi, Jawa Barat, Minggu (19/4/2020). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan melihat adanya potensi kenaikan harga barang sampai Februari 2022 jika merujuk pada survei Bank Indonesia. Intervensi harga produk eceran hanya akan menyasar pada barang kebutuhan pokok dan penting (bapokting).

Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Kementerian Perdagangan (Kemendag) Nina Mora menjelaskan, aktivitas perdagangan ritel di Tanah Air didominasi oleh produk fast consumer goods (FMCG) di ritel modern maupun pasar tradisional.

Produk sandang dan perlengkapan rumah tangga menyusul dengan perdagangan terpusat di department store dan specialty store.

Mengacu pada Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia, Nina mengatakan, penjualan ritel pada September 2021 diperkirakan mengalami perbaikan secara bertahap.

Kenaikan didorong oleh tumbuhnya penjualan bahan bakar kendaraan bermotor yang diperkirakan naik sebesar 17 persen sebagai pengaruh dari meningkatnya aktivitas masyarakat.

“Sedangkan berdasarkan Pertumbuhan Indeks Penjualan Riil [IPR] secara umum diperkirakan mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya yaitu -2,1 persen menjadi 1,8 persen,” kata Nina dalam keterangan tertulis kepada Bisnis, Sabtu (16/10/2021).

Meski demikian, Nina mengatakan, terdapat penurunan penjualan pada sejumlah kategori. Kelompok makanan dan minuman, serta tembakau mengalami penurunan dibandingkan dengan Agustus 2021 sebesar 2,1 persen. Pada Agustus tahun ini, makanan dan minuman masih tumbuh 1,1 persen secara bulanan.

Kelompok perlengkapan rumah tangga juga mengalami perlambatan pertumbuhan dari kenaikan 4,6 persen mtom pada Agustus 2021 menjadi hanya 2,2 persen mtom pada September 2021.

Sementara itu, produk sandang mengalami kenaikan pertumbuhan bulanan dari 2,5 persen pada Agustus 2021 menjadi 6,3 persen di September 2021.

“Terlihat bahwa penjualan ritel untuk kategori pangan mengalami penurunan dari bulan sebelumnya. Hal ini dapat dimungkinkan terjadi akibat dari tren kenaikan harga pangan sejak beberapa bulan terakhir,” imbuh Nina.

Selain itu, berdasarkan perkiraan harga dari Bank Indonesia, Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEHU) masih akan terus meningkat selama periode November 2021 sampai Februari 2022. Kenaikan bahan baku sejak Juli sampai Agustus tahun ini menjadi faktor proyeksi harga ini.

Terkait dengan perkembangan harga ke depan, Nina mengatakan, Kemendag memiliki tugas untuk mengintervensi harga barang kebutuhan pokok dan barang penting (bapokting) yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Intervensi dilakukan melalui kebijakan-kebijakan stabilisasi harga.

“Sedangkan untuk barang-barang manufaktur selain bapokting, maka harga diserahkan pada mekanisme pasar,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Lili Sunardi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper