Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Tapering the Fed Dipercepat, Sri Mulyani Sebut Rupiah dan Yield SBN Masih Terjaga

Normalisasi kebijakan the Fed tersebut tentunya akan berdampak pada pasar keuangan negara Emerging Market, termasuk Indonesia.
Maria Elena
Maria Elena - Bisnis.com 21 Desember 2021  |  15:57 WIB
Tapering the Fed Dipercepat, Sri Mulyani Sebut Rupiah dan Yield SBN Masih Terjaga
Layar menampilkan Menteri Keuangan Sri Mulyani saat memberikan pemaparan dalam Bisnis Indonesia Business Challenges 2022 di Jakarta, Rabu (15/12/2021). Bisnis - Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve atau The Fed, mengumumkan akan mempercepat melakukan pengurangan pembelian aset atau yang disebut tapering.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyampaikan normalisasi kebijakan the Fed tersebut tentunya akan berdampak pada pasar keuangan negara Emerging Market, termasuk Indonesia.

Hal ini mulai terlihat pada pertengahan Desember 2021, di mana premi risiko investasi (credit default swap/CDS) 5 tahun dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami sedikit tekanan, meski tidak terlalu signifikan.

“Aliran masuk modal asing ke pasar emerging market juga melandai dan menurun, termasuk di Indonesia. Namun, kalau kita lihat dampaknya ke Indonesia, nilai tukar rupiah secara year-to-date masih relatif stabil, hanya terkoreksi 2,3 persen,” katanya, Selasa (21/12/2021).

Sri mengatakan, depresiasi nilai tukar rupiah masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lainnya, misalnya mata uang di Argentina yang terkoreksi di atas 20 persen.

Negara berkembang lainnya, seperti Thailand dan Brazil juga mencatatkan depresiasi yang lebih tinggi, masing-masingnya mencapai 11 persen dan 9,4 persen.

Lebih lanjut, Sri menyampaikan tingkat imbal hasil SBN juga relatif stabil. SBN dengan tenor 10 tahun mengalami sedikit peningkatan, sebesar 55 basis poin.

Namun, kenaikan ini pun kata Sri masih lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan yield obligasi di negara lan, seperti Rusia sebesar 235 bps, Filipina 170 bps, dan Mexico 181 bps.

“Ini juga karena kepemilikan surat berharga negara yang dimiliki asing mengalami penurunan yang cukup tajam dari 2020 yang 38,5 persen sekarang hanya 19,7 persen,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

Kebijakan The Fed sri mulyani ekonomi indonesia tapering the fed
Editor : Annisa Sulistyo Rini

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top