Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Strategi Pasar Saham Federated Hermes Phil Orlando memperkirakan Federal Reserve atau The Fed akan menaikkan suku bunga enam kali selama dua tahun ke depan dalam rangka menjinakkan kenaikan harga besar-besaran dari kendaraan, tempat tinggal hingga makanan.
"Tebakan terbaik kami adalah bahwa kami akan melihat kenaikan suku bunga dua perempat poin dari Fed pada paruh kedua tahun depan, dan mungkin kenaikan suku bunga empat kuartal lainnya selama kalender 2023," paparnya kepada CNBC International, minggu lalu.
Orlando prihatin dengan angka inflasi terbaru. Pengeluaran konsumsi pribadi dan indeks harga konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS) meningkat pesat dalam tiga dekade.
Kementerian Perdagangan AS melaporkan harga untuk pengeluaran konsumsi pribadi atau Core PCE meningkat 4,1 persen pada Oktober dari tahun lalu. IHK juga naik pesat di bulan Oktober.
“Mengingat lonjakan inflasi yang telah kita lihat akhir-akhir ini, tidak akan mengejutkan saya jika The Fed mempercepat laju tapering itu,” katanya. “Setelah tapering selesai, kami berharap untuk melihat beberapa kenaikan suku bunga," tambahnya.
Orlando yakin kondisi ini bisa mengejutkan Wall Street.
Baca Juga
"The Fed, saya pikir sampai taraf tertentu, berbicara tentang permainan yang bagus bersama dengan pemerintahan Biden dalam hal inflasi sementara," katanya.
Namun, Orlando yakin The Fed memahami besarnya masalah. Dia mengutip keputusan untuk memulai tapering meruncing bulan ini.
Dalam suasana tingkat suku bunga yang mulai naik, Orlando menyukai saham dari tiga sektor yaitu, energi, bahan baku dan manufaktur. Hal ini, menurutnya, karena kemampuan ketiga sektor tersebut untuk menutup kenaikan biaya bisnis, menaikkan harga dan meningkatkan margin.