Bisnis.com, JAKARTA – Keberadaan perusahaan yang mampu menyerap limbah dalam jumlah besar di Gresik, Jawa Timur, menjadi alasan PT Freeport Indonesia membangun smelternya di wilayah itu.
Vice President Corporate Communication PT Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan bahwa dua perusahaan besar yang sangat membutuhkan limbah smelter adalah Petrokimia Gresik dan Semen Indonesia.
“Seperti limbah asam sulfat yang digunakan untuk bahan dasar pupuk di Petrokimia. Kemudian limbah tembaga untuk bahan pabrik semen. Jadi pilihan tempat di Gresik sangat tepat. Tidak ada bahan yang akan dibuang sembarangan, melainkan ada industri yang bisa menyerap limbah,” kata Riza, saat acara bersama media di Gresik, Jumat (26/11/2021).
Dia memastikan bahwa tidak akan ada limbah yang terbuang dari proses olahan smelter Freeport di Gresik, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dengan keberadaan Smelter di Kota Santri tersebut.
Riza menuturkan, selama ini proses olahan smelter lebih banyak diekspor ke luar negeri, sedangkan apabila Smelter dibangun di Gresik diharapkan akan diserap pasar dalam negeri.
Pasalnya, produk limbah berupa tembaga mampu dijadikan bahan dasar pembuatan telepon seluler, serta alat elektronik dan otomotif.
Baca Juga
“Kenapa tidak dibangun di Papua, karena biayanya cukup tinggi. Karena di sana tidak ada industri yang menyerap,” katanya.
Riza juga mengatakan, proyek pembangunan smelter PT Freeport Indonesia di Gresik telah berjalan sesuai rencana, dan hingga kini mencapai 8 persen, setelah diresmikan Presiden Joko Widodo.
Smelter itu sendiri ada di kawasan Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE), dan menempati lahan seluas 100 hektare, dengan proyek pengerjaannya dilakukan perusahaan kontraktor PT Chiyoda International Indonesia (CII) yang saat ini masih fokus melakukan pemadatan lahan.
Rencananya, smelter itu akan memiliki kapasitas 1,7 juta ton konsentrat per tahun, serta 480.000 ton logam tembaga, serta fasilitas precious metal refinery (PMR).